Bertahan Hidup dengan Kue Sengkulun Khas Betawi

Ida Farida
Nov 30, 2023

Panganan khas Betawi, kue sengkulun. Foto: sfn

KOSADATA - Terletak di Jl. Swadaya Pam No. 63, RT 6/RW 7, Kampung Rawa Badung, Jatinegara, Cakung, Jakarta Timur, Saripah (70 tahun), mencoba tetap bertahan hidup dengan melestarikan kue sengkulun khas Betawi

 

Tangan terampilnya yang sudah kisut, masih tetap bergerak membuat adonan kue Sengkulun sejak tahun 1991. Itu pun hanya membuat dua loyang saja setiap hari. Setiap loyang, Saripah membaginya dengan beberapa potongan saja, dan setiap potong dihargai Rp2 ribu.

 

Di antara banyak panganan khas Betawi lainnya, kue sengkulun masih bertahan di tengah gempuran makanan modern di Jakarta. Apalagi, kue sengkulun kini telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Indonesia dari DKI Jakarta, untuk kategori kemahiran dan kerajinan nasional

 

Di kampung itu Saripah sudah cukup terkenal. “Warung yang menjual kue sengkulun itu sekitar 100 meter dari kios pulsa,” terang Hasanah sewaktu Jakita tiba di Jl. Swadaya dan menanyakan letak warung nenek Saripah.

 

Warung sekaligus rumahnya tergolong sederhana, kondisinya bersih. Etalasenya bening. Lantainya kinclong. Padahal, letaknya di pinggir jalan berdebu dan ramai kendaraan bermotor.

 

Pagi menjelang siang itu cucu Saripah, Ahmad Zaelani nampak sedang melayani pembeli. Fauzan dan anak perempuannya, Asmiranda membeli sepuluh potong kue sengkulun untuk sarapan. Fauzan yang asli putra Betawi ini mengaku selalu memperkenalkan makanan khas Betawi kepada anaknya. 

 

“Saya ingin anak-anak kenal berbagai makanan khas Betawi. Saya tidak ingin anak-anak tahunya makanan kebarat-baratan. Sehingga, identitas budaya kota Jakarta bisa terjaga,” ujar Fauzan ramah. 

 

Asmiranda tersenyum membenarkan pernyataan ayahnya. Menurut gadis manis kelas lima SD ini selain kue


1 2 3

Related Post

Post a Comment

Comments 0