Panganan khas Betawi, kue sengkulun. Foto: sfn
Nenek Saripah yang baru pulang dari pasar ikut nimbrung di warungnya. Dia senang kue buatannya masih diminati generasi muda seperti Fauzan dan Asmiranda. “Alhamdulillah masih ada yang suka sama kue sengkulun buatan nenek,” kata Saripah semringah.
Semula, Saripah menjual pecak lele, sayur gabus pucung, dan ayam sampyok. Sayangnya, peminat aneka masakan khas Betawi tersebut semakin berkurang. Ibu empat anak dan enam cucu ini berhenti jualan. Dia berharap kue sengkulun tidak bernasib sama.
Setiap hari, kecuali Jumat, Saripah membuat kue sengkulun hanya dua loyang dan dijual seharga, Rp2.000/potong. Saripah juga kadang-kadang terima pesanan kue sengkulun partai besar untuk arisan, sunatan, dan pengajian.
“Nenek sudah tua. Cuma sanggup membuat dua loyang setiap hari. Ini juga entah sampai kapan. Sayang kalau tidak ada yang meneruskan,” kata Saripah sendu.
Kue sengkulun diyakini sudah ada di Indonesia sejak 1513 silam. Kudapan ini punya kisah yang berlatar belakang kesetiaan. Ketika Portugis datang ke Malaka pada 1521, sebagian rakyat Batavia tetap berpihak kepada penguasa Kerajaan Sunda Padjajaran, Raja Tanjung Jaya.
Sebagai tanda kesetiaan, kue sengkulun dibuat khusus untuk dipersembahkan kepada Raja Tanjung Jaya yang saat itu tengah berada di wilayah Pelabuhan Sunda Kelapa.
Sebenarnya, di beberapa daerah Indonesia juga mengakui keberadaan kue sengkulun. Di Jepara, kue ini dikenal sebagai sengkolon,
Oseng-oseng Madun, Warung Betawi Sederhana, Terkenal se-Jagat Maya
KULINER Feb 25, 2023Sekjen PDIP Kembali Sindir PAN soal Isyarat Dukung Ganjar-Erick
POLITIK Mar 03, 2023Relawan Ganjar Pranowo Berikan Dukungan ke PDIP di Pilpres 2024
POLITIK Mar 09, 2023Tanpa Libatkan Demokrat dan PKS, Nasdem Tetapkan Cak Imin Jadi Cawapres Anies
POLITIK Aug 31, 2023
Comments 0