Bertahan Hidup dengan Kue Sengkulun Khas Betawi

Ida Farida
Nov 30, 2023

Panganan khas Betawi, kue sengkulun. Foto: sfn

sengkulun, keluarganya suka berburu kudapan khas Betawi lainnya. Mulai dari putu mayang, kembang goyang, kue cucur, talam, hingga cente manis. “Ayah selalu mengajak jajan kue-kue khas Betawi. Ayah jarang membelikan kue kekinian,” kata Asmiranda sambil melirik manja kepada ayahnya. 

 

Nenek Saripah yang baru pulang dari pasar ikut nimbrung di warungnya. Dia senang kue buatannya masih diminati generasi muda seperti Fauzan dan Asmiranda. “Alhamdulillah masih ada yang suka sama kue sengkulun buatan nenek,” kata Saripah semringah. 

 

Semula, Saripah menjual pecak lele, sayur gabus pucung, dan ayam sampyok. Sayangnya, peminat aneka masakan khas Betawi tersebut semakin berkurang. Ibu empat anak dan enam cucu ini berhenti jualan. Dia berharap kue sengkulun tidak bernasib sama. 

 

Setiap hari, kecuali Jumat, Saripah membuat kue sengkulun hanya dua loyang dan dijual seharga, Rp2.000/potong. Saripah juga kadang-kadang terima pesanan kue sengkulun partai besar untuk arisan, sunatan, dan pengajian.

 

“Nenek sudah tua. Cuma sanggup membuat dua loyang setiap hari. Ini juga entah sampai kapan. Sayang kalau tidak ada yang meneruskan,” kata Saripah sendu.

 

Kue sengkulun diyakini sudah ada di Indonesia sejak 1513 silam. Kudapan ini punya kisah yang berlatar belakang kesetiaan. Ketika Portugis datang ke Malaka pada 1521, sebagian rakyat Batavia tetap berpihak kepada penguasa Kerajaan Sunda Padjajaran, Raja Tanjung Jaya. 

 

Sebagai tanda kesetiaan, kue sengkulun dibuat khusus untuk dipersembahkan kepada Raja Tanjung Jaya yang saat itu tengah berada di wilayah Pelabuhan Sunda Kelapa. 

 

Sebenarnya, di beberapa daerah Indonesia juga mengakui keberadaan kue sengkulun. Di Jepara, kue ini dikenal sebagai sengkolon,


1 2 3

Related Post

Post a Comment

Comments 0