Foto: dok Kemenko IPW
KOSADATA — Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), menegaskan bahwa merancang kota masa depan bukan hanya soal membangun gedung dan jalan, melainkan menciptakan ruang hidup yang tangguh, inklusif, dan berkelanjutan.
“Infrastruktur bukan semata baja dan beton, melainkan wadah bagi martabat dan kesempatan. Kota yang tangguh dan inovatif adalah kota yang bekerja untuk semua orang, terutama mereka yang berada di pinggiran,” ujar AHY dalam keterangannya, dikutip Rabu, 8 Oktober 2025.
Dalam forum yang mengusung tema Designing Tomorrow’s Cities Today: Integrating Innovation and Resilience in Urban Futures ini dihadiri sejumlah tokoh, di antaranya Presiden EAROPH Internasional Ar. Jahangir Khan Sherpao, Presiden EAROPH Indonesia Andiro Reoputra, serta Emil Elistianto Dardak, mantan Presiden EAROPH Internasional periode 2022–2024.
Tantangan Urbanisasi dan Krisis Iklim
Dalam pidatonya, AHY menggambarkan Jakarta sebagai kota penuh kontras dan peluang — tempat rel MRT bersinggungan dengan sungai tua, dan gedung pencakar langit berdiri di samping kampung tradisional.
“Pertanyaannya adalah bagaimana kita merancang kota yang inovatif namun manusiawi, dinamis namun inklusif, ambisius namun berkelanjutan,” ujarnya.
Menjelang 2050, kata AHY, tujuh dari sepuluh penduduk dunia akan tinggal di kota, menjadikannya pusat ekonomi sekaligus titik rawan risiko global seperti perubahan iklim, ketimpangan, dan kelangkaan sumber daya.
Ia menyoroti tiga kekuatan besar yang membentuk masa depan perkotaan di Asia: krisis iklim, transformasi demografis, dan revolusi digital.
“Banjir, kekeringan, dan gelombang panas bukan lagi kejadian langka. Namun tanpa etika dan inklusi, kota pintar justru bisa memperdalam kesenjangan,” tegasnya.
Kota Tangguh Harus Dirancang, Bukan Diperbaiki
AHY menekankan bahwa ketangguhan harus menjadi bagian dari desain
Comments 0