Dilema Peradaban Manusia di Sekitar TPST Bantargebang

Ida Farida

Aug 26, 2024

Kondisi TPST Bantargebang. Foto: KPNas

sekitar Rp 800.000-1.000.000/M2, sekarang Rp 2.000.000-4.000.000/M2. Apalagi jalan tol sedang dibangun di wilayah tersebut.

Berbagai organisasi non-pemerintah (Yayasan, Perkumpulan, Ormas, LSM dan organisasi lain) tumbuh sangat subur, termasuk lembaga pendidikan. Implikasinya, sumberdaya manusia (SDM) dari segi pendidikan meningkat tajam. Saat ini banyak yang lulus dan sedang menempuh program pascasarjana (S2) dan S3.

Sementara kemajuan-kemajuan itu tidak diikuti oleh perbaikan pengelolaan sampah TPST Bantargebang dan TPA Sumurbatu. Bahkan, muncul berbagai masalah serius, namun dianggap biasa-biasa saja. Suatu saat nanti akan menjadi bom waktu, Malapetaka!

Sekarang kita bisa lihat, timbulan sampah, pertambahannya 2,5-2,7 juta ton tiap tahun. Belum lagi ditambah di TPA Sumurbatu. Wilayah Bantargebang menghadapi dilema sangat luar biasa kompleks, rumit dan membingungkan. Pengelolaan TPST Bantargebang semakin buruk, mulai zona I, II, III, IV dan V nyaris semakin buruk penataan dan infastrukturnya hancur. Ada apa dengan TPST Bantargebang?

Bahkan, pada 21 Agustus 2024 saya melihat zona III, boleh dibilang semua infrastruktur jalan utama dan drainase hancur, tidak bisa dilewati truk, terutama bagian selatan dan timur. Benton-beton penyangga sampah retak dan roboh. Belasan atau ratusan miliar rupiah hilang terkuras proyek terlindas sampah.

Kemudian pada 22 Agustus 2024, saya memantau zona sekitar Pemakaman Mbah Raden Kebluk. Zona itu masuk zona IV dan V. Makam warga dan perintis Desa Sumurbatu dan sekitar itu sedang dalam bahaya serius sekali. Eksistensi dan simbol kearifan lokal sebentar lagi lenyap. Lahan pemakaman sudah menyusut. Pengelola TPST Bantargebang tidak profesional sekarang? TPST Bantargebang dalam kondisi sangat kritis! Ini sudah menjadi catatan sejarah tersendiri.

Pertambahan sampah berkorelasi positip terhadap pendatang. Kaum