Oleh: Vickner Sinaga
Direktur PLN Indonesia Timur 2009-2014
Seminggu berlalu. Kaget campur haru, menyimak respon terhadap tulisan minggu lalu. Artikel berjudul "Bekerja Amanah Dengan Passion, Hasil pun Prima". Ada 148 tanggapan, merespon positif. Lebih mengagetkan, ada 38 komentar tertulis, plus komentar positif yang diucapkan saat ketemu.
Banyak komentator bergelar doktor, praktisi bidang SDM. Juga doktor teologia. Nyempil, jurnalis beken Hojot Marluga. Isi komentarnya? Ayo, buka lagi artikelnya di facebook Jumat 04 Februari itu. Intinya, di lapangan, kasus itu, riil terjadi. Banyak korban mengalami hal serupa. Pun diberbagai bidang kehidupan. Amanah tak dijalankan. Substansi tugas yang diamanahkan dihiraukan.
Penjualan setrum itu, senilai satu trilyun rupiah perhari. Jika tercuri satu persen, nilainya 10 milyar rupiah perhari. Sebulan 300 milyar. Setahun hampir 4 trilyun rupiah. Besar amat.. Itu baru, jika losses non teknis itu 1%. Coba jika 3%, nilainya belasan trilyun rupiah. Dua kali laba bersih perusahaan setrum itu.
Di lain pihak, ada amanah yang dilaksanakan, tak semestinya. Apa nuraninya tak terusik ya? Oknum pemilik otoritas yang nakal, namun pelanggan setianya yang meringis. Didenda belasan juta rupiah plus label pencuri setrum.
Hanya karena temuan lobang halus yang secara logika tidak mungkin dilakukan si pelanggan. Rekeningnya normal kok. Khusus di kasus terakhir ini, pemegang amanah layak dapat acungan jempol. Gentleman. Minta maaf kepada pelanggannya. Inisial ibu muda akhirnya terungkap. Liza, muncul berkomentar. Memberi testimoni. Di luar artikel aslinya.
Kerja adalah AMANAH. Satu dari 8 etos profesional. Tujuh lagi, Kerja adalah Rahmat, Panggilan, Ibadah, Aktualisasi, Kehormatan, Seni dan Pelayanan. Paten milik guru etos Jansen H. Sinamo. Alumni ITB, jebolan Dale Carnegie, Institut Training mendunia itu. JHS kusebut inisialnya, tandemku, di lebih lima puluhan "leadership training" event.
Workshop bertema "Unggul Dengan Solusi Out of The Box. Paten milikku, empat tahun terakhir. Berbekal referensi, 4 seri buku "Solusi Out of The Box". Cara unik menyelesaikan masalah yang belum pernah terjadi. Novelty. Lalu menjadi ilmu baru, paska ditulis dan dibagikan. Sub judul berturut, Orisinil dan Inspiratif. Konsep & Implementasi. Aktual dan Kontekstual. Seri terakhir, Brilian & Fenomenal.. Ingin memilikinya?. Silahkan kontak tim buku. Tak ada di toko buku. Hanya online atau direct selling.
Kerja adalah amanah. Artinya, bahwa kerja atau tugas itu hanya "titipan". Ibarat kita menemukan dompet tertinggal, kita teruskan ke yang empunya. Utuh dengan isinya. Istilah akademiknya, Job Description dikerjakan dengan apik. Tak kurang, tak lebih dalam arti minor. Ada tenggat waktu. Bersifat temporer. Pertanggung jawaban di satu waktu akan ditagih oleh si pemberi amanah. Resmi atau tak resmi. Di dunia pun di akhirat. Ah, serem. Tapi, begitulah pakemnya. Maka, amanahlah bekerja. Limit durasinya, pasti. Banyak orang tak siap, saat "amanah" itu ditarik kembali. Padahal dicabut itu, pasti. Dapat amanah, dijalankan. Lalu tinggal tunggu waktu, beralih ke pengganti.
Post Power Syndrome. Ini kondisi kejiwaan yang awam dialami oleh orang yang kehilangan kekuasaan atau jabatan yang diikuti oleh menurunannya harga diri. Adakah cara untuk mengatasinya?. Minimal untuk menguranginya?. Kita simak advis ini...
Kalem saat mendapat amanah. Hindari euphoria berlebihan. Apa ada yang seperti itu?. Ya, ada. Pernah satu kali, sidak ke satu kota. Saat itu baru terjadi mutasi pejabat, Manajer Cabang. Kini disebut Manajer Area. Dari ruang rapat kudengar suara agak sibuk di ruang kerja manajer. Kucek ada apa?. Hah, isteri Manajer Cabang baru, lagi sibuk bersama staf kantor, menata ruang Manajer. Ampun... Ganti karpet segala. Lalu, kusentil, kok ada "orang swasta" masuk ke kamar Manajer. Si isteri pun manut, pergi. Ini, contoh kecil agar kelak, jika tiba saat diganti, tidak terlalu sedih atau kehilangan. Minimkan campur tangan keluarga untuk urusan kantor. Mengurangi efek "Post Power Syndrome" justru bisa dimulai di awal menerima amanah. Hati-hati. Semakin merasa memiliki, semakin tebal rasa kehilangan itu, kelak...
Tips kedua. Saat menjalankan amanah, reduksilah tingkat nyaman dan kebanggaan itu. Meski bisa "debatable". Satu pihak berkata, lho ini kan hak.. Betul, namun jika bisa, kurangilah hak yang tak perlu-perlu amat. Bentuk empati ke sekeliling. Kuingat momen itu. Kembalikan!!!, perintahku kepada sekretaris yang menerima kunci mobil kantor jatah isteri. Alasanku, untuk paguyuban isteri direksi itu sudah ada mobil untuk dipakai bersama. Akhirnya, rekan lain juga ikutan Selama menjalankan "amanah" penuh masa bakti lima tahun itu, tak ada lagi mobil khusus untuk "di rumah". Hanya ada satu mobil dinas, yang diatur protokoler.
Satu lagi, pernah juga viral di satu BUMN ternama. Kartu kredit privilege. Hingga pejabat satu level dibawah direksi. Kartunya, bisa dipakai hingga sekian puluh juta perbulan. Tanpa audit. Misalnya traktir di restoran atau golf dengan mitra kerja. Namun kupikir, sudah ada protokoler yang mengurus tamu. Maka, nasib kartu kredit korporasi itu pun tragis. Dipakai sekali saja, hanya untuk membuktikan "kesaktiannya". Lalu.. Disimpan dan dikembalikan lima tahun kemudian. Tanpa pernah lagi dipakai. Demikian, hak untuk keanggotaan di dua klub exclusive. Diabaikan saja. Tak begitu urgen untuk mendukung tugas.
Masih ada tips yang super ekstrim. Cara jitu untuk tak terlalu merasa kehilangan, saat diganti kelak. Ini tentang seorang bos besar. Boleh ditiru, boleh juga tidak.... Si bos, tak pernah duduk di kursi jabatan. Kursi yang sering jadi rebutan. Lho, si bos duduk dimana? Di kursi meja rapat. Kutanya kenapa?. Agar tidak merasa sebagai "bos", jawabnya. Tragis amat nasib kursi itu. Sekian tahun, diacuhkan begitu saja. Tak lama, si bos promosi menjadi orang nomor satu di satu Kementrian.. Kukunjungi. Idem.. Tetap duduk di kursi meja rapat. Kursi dan meja menteri itu, teronggok tak disentuh. Eksentrik?. Tidak juga. Asli sikap natural. Dan saat tiba pergantian, biasa saja. Tanpa beban. Adakah efek sampingnya?...
Ha ha... kita ikutan terimbas. Tak kebagian dasi dan jas jatah enam bulanan itu. Total sepuluh pasang jas?. Sesuai aturan. Namun, terasa pahit buat penjahit langganan korporasi. Menggerutu. Rezekinya berkurang signifikan. Kuposting, di Cinere, Minggu pagi 11 Februari 2023. Selamat berakhir pekan buat sobat facebook. Untuk yang kini giliran dapat amanah, semoga tips ini, bisa mengurangi efek "Post Power Syndrome". ***
Kelompok 3 Praktikan PLKJ 34 Cibegol Targetkan Cetak Buku Bersama di Tasikmalaya
Feb 25, 2023Mau Tukar Uang Baru Buat Lebaran? Berikut Lokasinya di Jakarta, Bogor dan Tangerang
Mar 27, 2023
Comments 0