Persatuan Islam dan Kesusasteraan Islam

Joeang Elkamali
May 24, 2023

Pasar. Tak hanya berkembang di tanah Melayu, sastra pun berkembang sampai ke penjuru Nusantara lainnya hingga kemudian dikenal dengan adanya kesusastraan Jawa, Sunda, Bali, Aceh, Bugis dan lain-lain.

Sastra dikenal sebagai media dakwah mulai hadir sejak tampilnya kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara. Bahkan para penyebar Islam seperti walisongo pun ada yang menggunakan sastra sebagai media dakwahnya. Dalam Perang Aceh yang dikenang dengan kegemilangannya pun terdapat karya sastra yang turut membangun semangat serta ghirah para mujahidin Aceh untuk berperang melawan tirani kolonialis Belanda.

Salah satu karya sastra yang menjadi bacaan wajib pembangkit ghirah perjuangan itu adalah Hikayat Prang Sabi buah pena Teungku Chik Pante Kulu. Selain itu, sastra Islam pun berkembang mengikuti arus perubahan zaman. Dari angkatan Balai Pustaka kita mengenal nama seperti Buya Hamka yang dikenal dengan romannya seperti Di Bawah Lindungan Ka’bah dan Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck.

Lalu beberapa nama lainnya dalam beberapa periodisasi sastra seperti JE Tatengkeng, AA Navis yang turut menghiasi panggung sastra Islam Nusantara. Di era 2000-an muncul pula nama-nama seperti Helvy Tiana Rossa, Habiburrahman El-Shirazy, Asma Nadia, dan beberapa nama lainnya menambah semarak rangkaian panggung sastra Nusantara.

Bahkan kehadiran Forum Lingkar Pena yang diinisiasi kakak beradik Helvy Tiana Rossa dan Asma Nadia menambah semarak perkembangan sastra Islam di Indonesia. Penyair senior Taufiq Ismail bahkan sampai mengatakan bahwa kehadiran Forum Lingkar Pena merupakan hadiah dari Allah untuk Indonesia.

Kehadiran sastra sebagai media dakwah yang cukup efektif di Nusantara pun hadir dalam berbagai bentuk gagasan serta konsepsi. Salah satunya adalah gagasan sastra profetik yang digagas oleh Prof Dr Kuntowijoyo, salah satu sastrawan,


1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Related Post

Post a Comment

Comments 0