Selamat Datang Kecurangan

Potan Ahmad
Nov 21, 2023

Ilustrasi, gedung Komisi Pemilihan Umum (KPU)

"Penyelenggara pemilu?" Bukannya penyelenggara pemilu alias KPU harusnya netral. Mereka digaji rakyat untuk menjaga pemilu jujur? Pemilu jujur akan terjadi jika KPU netral. KPU tidak ikut "cawe-cawe" urusan politik. Kenapa KPU ditarik-tarik ikut berpolitik.

Oleh: Tony Rosyid / Pengamat Politik dan Pemerhati Bangsa

KOSADATA - Bertemu dengan seorang jenderal yang saat ini pentolan timses pasangan capres, teman saya nanya: "apa yang membuat anda yakin bahwa anda akan menang satu putaran?" Dia jawab: "begini kalkulasinya: capres kami punya 20%. Bapak itu nyumbang ke kita 20%. Blocking dari keturunan PKI 7%. Sisanya agar mecapai lbh 51% adalah tugas pelaksana pemilu utk menambahkan.

"Keturunan PKI?" Teman saya heran. Bukannya dia seorang jenderal yang secara umum anti PKI. Kenapa demi kepentingan politik, dia bangga dengan dukungan PKI.

"Penyelenggara pemilu?" Bukannya penyelenggara pemilu alias KPU harusnya netral. Mereka digaji rakyat untuk menjaga pemilu jujur? Pemilu jujur akan terjadi jika KPU netral. KPU tidak ikut "cawe-cawe" urusan politik. Kenapa KPU ditarik-tarik ikut berpolitik.

Apa yang diungkapkan oleh Muhaimin Iskandar di acara ultah Mata Najwa beberapa waktu lalu bahwa para pemain bukan pihak yang membuat masalah, itu keliru. Buktinya, ada timses yang begitu siap dalam merencanakan kecurangan. Bentuknya? Libatkan KPU dalam permainan. Tidak mungkin sekenario ini tidak diketahui oleh jagoannya.

Oknum KPU, wasit, hakim garis dan aparat, tidak akan ikut main kalau tidak diajak oleh kontestan pilpres. Mereka gak akan ikutan kalau gak dibujuk dan dilibatkan. Sebagian malah diintimidasi. "Gak ikut dukung, copot jabatan". "Gak ikut dukung, dikasuskan".


1 2 3

Related Post

Post a Comment

Comments 0