Silat Gerak Saka, Bergerak Semaunya dengan Rasa

Ida Farida
Nov 01, 2023

Silat Gerak Saka. Foto: Kemendikbud

disini tetap ada kaidah-kaidah tertentu.


Bang Pe’i mengajarkan silat ini pertama kali di daerah Petojo Jakarta Selatan sekitar tahun 1970an. Memang terbilang baru dibanding silat tradisional Betawi lainnya, namun berkembang pesat hingga saat ini.


Gerakan aliran silat ini memiliki fleksibilitas bagaimana mempertahankan diri atau melumpuhkan lawan. Kesederhanaan, fleksibilitas, dan mind set (rasa) menjadi ciri khasnya.


Gerak Saka punya satu hingga lima jurus namun miliki seribu aplikasi gerakan. Satu jurus, kata David, melahirkan banyak aplikasi gerakan yang berkembang sesuai dengan situasi pertarungan dan kondisi lawan.
Jurus Gerak Saka bertumpu dengan ‘rasa’ bukan kekuatan, bukan memukul. ‘Rasa’ itu bisa mengubah gerakan yang menjatuhkan lawan dan lahir dari apa yang dipelajari, cukup simple tapi penuh isi.


Ia mengatakan ‘rasa’ itu penting dalam perkelahian karena tangan yang terlatih akan memiliki kepekaan dan secara otomatis mengantisipasi gerakan lawan tanpa melihat. Silat ini memang mengutamakan gerakan tangan yang mengalir bebas ketika mendapatkan serangan.


Gerakannya sangat lentur, mengandalkan tenaga lawan yang menyerang untuk digunakan sebagai serangan balik, dan penuh kecepatan.


"Keunikan kita mengandalkan rasa, kemudian memanfaatkan tenaga lawan. Rasa ini harus dilatih, tidak cukup dilihat. Kita jadi tahu mana tekanan yang berat, dengan kaidah yang ada. Selain rasa kita juga ada pukulan, tapi bukan prioritas," katanya.


Davidpun optimis Silat Gerak Saka akan eksis hingga akhir zaman karena regenerasi terus dilakukan insan Gerak Saka. Kenali, pelajari Silat Gerak Saka, ada ‘rasa’!. ***


1 2

Related Post

Post a Comment

Comments 0