Silat Gerak Saka. Foto: Kemendikbud
Bang Pe’i mengajarkan silat ini pertama kali di daerah Petojo Jakarta Selatan sekitar tahun 1970an. Memang terbilang baru dibanding silat tradisional Betawi lainnya, namun berkembang pesat hingga saat ini.
Gerakan aliran silat ini memiliki fleksibilitas bagaimana mempertahankan diri atau melumpuhkan lawan. Kesederhanaan, fleksibilitas, dan mind set (rasa) menjadi ciri khasnya.
Gerak Saka punya satu hingga lima jurus namun miliki seribu aplikasi gerakan. Satu jurus, kata David, melahirkan banyak aplikasi gerakan yang berkembang sesuai dengan situasi pertarungan dan kondisi lawan.
Jurus Gerak Saka bertumpu dengan ‘rasa’ bukan kekuatan, bukan memukul. ‘Rasa’ itu bisa mengubah gerakan yang menjatuhkan lawan dan lahir dari apa yang dipelajari, cukup simple tapi penuh isi.
Ia mengatakan ‘rasa’ itu penting dalam perkelahian karena tangan yang terlatih akan memiliki kepekaan dan secara otomatis mengantisipasi gerakan lawan tanpa melihat. Silat ini memang mengutamakan gerakan tangan yang mengalir bebas ketika mendapatkan serangan.
Gerakannya sangat lentur, mengandalkan tenaga lawan yang menyerang untuk digunakan sebagai serangan balik, dan penuh kecepatan.
"Keunikan kita mengandalkan rasa, kemudian memanfaatkan tenaga lawan. Rasa ini harus dilatih, tidak cukup dilihat. Kita jadi tahu mana tekanan yang berat, dengan kaidah yang ada. Selain rasa kita juga ada pukulan, tapi bukan prioritas," katanya.
Davidpun optimis Silat Gerak Saka akan eksis hingga akhir zaman karena regenerasi terus dilakukan insan Gerak Saka. Kenali, pelajari Silat Gerak Saka, ada ‘rasa’!. ***
Oseng-oseng Madun, Warung Betawi Sederhana, Terkenal se-Jagat Maya
KULINER Feb 25, 2023Sekjen PDIP Kembali Sindir PAN soal Isyarat Dukung Ganjar-Erick
POLITIK Mar 03, 2023Relawan Ganjar Pranowo Berikan Dukungan ke PDIP di Pilpres 2024
POLITIK Mar 09, 2023Tanpa Libatkan Demokrat dan PKS, Nasdem Tetapkan Cak Imin Jadi Cawapres Anies
POLITIK Aug 31, 2023
Comments 0