KOSADATA - Anggota DPD RI Dapil DKI Jakarta, Sylviana Murni mengapresiasi langkah Menteri Luar Negeri, Retno Marsudi dengan segera mengevakuasi Warga Negara Indonesia (WNI) dari Sudan pasca pecahnya perang saudara antara paramiliter Rapid Support Force (RSF) dan militer Sudan yang terus memburuk di Ibu Kota Khartoum.
"Dalam hal merespon konflik yang terjadi di luar negeri, kewajiban pertama bagi Indonesia adalah menyelamatkan nyawa WNI. langkah Menlu sudah benar, dan saya apresiasi Menlu yang akan segera mengevakuasi WNI," ujar Sylviana Murni di Jakarta, Senin (24/4/2023).
Lebih lanjut Ketua Badan Kerjasama Parlemen (BKSP) DPD RI ini pun meminta pemerintah Indonesia untuk berperan aktif mewujudkan perdamaian di seluruh dunia, termasuk negeri Sudan akibat perseteruan dua jenderal elit yang sama-sama memimpin pasukan kuat, yaitu Mohamed Hamdan Dagalo dan Jenderal Abdel Fattah al-Burhan.
Menurutnya, Presiden Joko Widodo telah melakukan berbagai pekerjaan diplomasi dengan sangat baik, salah satunya upaya perdamaian Ukraina - Rusia dan R-20. Terlebih, kata Sylvi, Indonesia memiliki hubungan diplomatik dengan pemerintah Sudan, terutama dalam bidang pendidikan.
"Sesuai amanat UUD 1945 bahwa Indonesia harus untuk turut menjaga perdamaian dunia, Saya mendorong pemerintah Indonesia baik sendiri maupun melalui PBB atau OKI untuk membantu mendamaikan dan mengirimkan bantuan kemanusiaan karena WNI di Sudan bisa dibilang cukup banyak," katanya.
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengatakan, Pemerintah Indonesia terus mempersiapkan proses evakuasi para WNI yang tinggal di Sudan. Berdasarkan data Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Khartoum, terdapat 1.209 WNI yang tinggal di Sudan, sebagian besar adalah pelajar dan mahasiswa.
“Persiapan evakuasi terus dimatangkan sambil menunggu saat yang tepat untuk bisa melakukan evakuasi dengan tetap mempertimbangkan keselamatan WNI,” kata Retno, Jumat (21/4).
Diketahui, Sabtu (22/4) pertempuran masih berkecamuk di Khartoum, Sudan, meski tentara mengumumkan gencatan senjata selama tiga hari untuk merayakan Idul Fitri. Kegagalan gencatan senjata itu merupakan pukulan bagi upaya internasional untuk mengakhiri hampir satu pekan perang saudara antara militer dan kelompok paramiliter Sudan yang dimulai Sabtu (15/4).
Militer Sudan mengatakan Jumat malam (21/4), pihaknya menyetujui gencatan senjata tiga hari agar rakyat bisa tenang merayakan Idul Fitri. Lawannya, Pasukan Dukungan Cepat (Rapid Support Forces/RSF), mengatakan pada hari sebelumnya telah menyetujui gencatan senjata 72 jam, untuk menandai Idul Fitri.
"Angkatan bersenjata berharap para pemberontak akan mematuhi semua persyaratan gencatan senjata dan menghentikan setiap gerakan militer yang akan menghalanginya," kata pernyataan militer.
Pengumuman tentara itu menyusul bentrokan lainnya di Khartoum dan pengerahan pertama tentara dengan berjalan kaki di ibu kota sejak pertempuran Sabtu lalu. Tentara dan pasukan RSF saling menembak di pelosok kota, termasuk selama adzan subuh di hari Idul Fitri.
Comments 0