Tunisia Tertarik Pelajari Teknologi Modifikasi Cuaca di Indonesia

Dian Riski
May 22, 2024

*Caption:* Head of Agency of Meteorology, Climatology, and Geophysics, Dwikorita Karnawati, delivered remarks during the 15th session of the High-Level Panel at the 10th World Water Forum 2024 in Nusa Dua, Badung, Bali, on Tuesday (21/5/2024). The session

KOSADATA - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim.

Hal tersebut disampaikan Dwikorita pada saat pertemuan Bilateral dengan Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati

“Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kami (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam,” kata Dwikorita dilansir dari siaran pers, (22/5/2024).

Dwikorita menjelaskan bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim.

Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca ekstrem yang disebabkan oleh fenomena El Niño pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan.

Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang ditimbulkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karena itu, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Niño tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan.

Diterangkan Dwikorita, pada saat El Niño, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, kebakaran bisa terjadi.

"Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang


1 2 3

Related Post

Post a Comment

Comments 0