UGM Uji Gamahumat, Benahi Lahan Bekas Tambang untuk Pertanian

Ida Farida
Apr 29, 2025

Tim UGM berhasil melakukan panen raya dengan inovasi gamahumat. Foto: UGM

KOSADATA — Sebuah hamparan sawah di Bimomartani, Ngemplak, Sleman, menjadi saksi panen raya padi yang tak biasa pada Kamis, 24 April lalu. Di balik gemerincing sabit dan tumpukan jerami, Universitas Gadjah Mada (UGM) tengah menguji sebuah inovasi: Gamahumat, pembenah tanah berbasis batubara kalori rendah.

 

Panen ini menjadi momen penting bagi tim peneliti Gamahumat UGM untuk mempresentasikan efektivitas senyawa tersebut di hadapan perwakilan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) serta PT Bukit Asam. "Kami ingin menunjukkan potensi Gamahumat dalam meningkatkan efisiensi pupuk dan memperbaiki struktur tanah," kata Dr. Cahyo Wulandari, dosen Ilmu Tanah UGM, dilansir laman resmi UGM, Selasa, 29 April 2025.

 

Gamahumat mengandung asam humat dan fulvat hasil ekstraksi batubara. Menurut Wulan, sapaan akrabnya, senyawa ini mampu meningkatkan daya simpan tanah terhadap pupuk hingga 50 persen. Hasilnya, pemakaian pupuk bisa ditekan, dan efisiensi bertani meningkat.

 

Tak hanya menyimpan pupuk lebih lama, kombinasi Gamahumat dan nanosilika juga berdampak pada produktivitas. "Jumlah bulir padi yang terisi bisa meningkat sampai 62 persen. Tapi tentu masih perlu uji lanjutan di laboratorium," ujarnya.

 

Prof. Ferian Anggara, Guru Besar Geologi UGM sekaligus ketua tim peneliti, menjelaskan bahwa senyawa humat mampu mengikat nitrogen dalam pupuk, menjaganya agar tidak cepat menguap atau tercuci air. "Dengan begitu, tanah tetap subur, dan tanaman bisa tumbuh lebih stabil," tuturnya.

 

Panen ini merupakan uji coba kedua Gamahumat di Bimomartani setelah uji perdana pada Oktober 2024. Variabel yang diuji kini lebih kompleks, termasuk kombinasi dengan nanosilika yang diklaim mampu memperkuat batang dan menambah ketahanan tanaman terhadap hama serta cuaca ekstrem.

 

Langkah tim UGM tak berhenti di sawah. Menurut Prof. Himawan Tri Bayu Murti Petrus, Gamahumat tengah diuji pada berbagai jenis tanah seperti kapur dan vulkanik, serta berbagai komoditas termasuk buah-buahan. "Kami berencana menerapkannya di lahan bekas tambang. Kalau berhasil, bukan cuma pertanian, tapi juga rehabilitasi lahan bisa ditopang Gamahumat," ujarnya.

 

Dukungan datang dari pelbagai pihak. Perwakilan PT Bukit Asam, Bagus Totok Purnomo, menyebut Gamahumat sebagai bentuk nyata hilirisasi batubara rendah kalori yang tengah digalakkan pemerintah. Sementara itu, Eko Budi Cahyono dari Kementerian ESDM berharap inovasi ini segera masuk tahap kajian nasional. "Agar bisa dikembangkan lebih luas," ujarnya.

 

Gamahumat menjadi bukti bahwa batubara tak selalu identik dengan polusi. Di tangan para peneliti UGM, sisa energi fosil itu justru menjelma sebagai harapan baru bagi tanah yang mati suri.***

Post a Comment

Comments 0