Foto: ist
KOSADATA — Praktisi kebugaran, Ade Rai menjelaskan perbedaan mendasar antara puasa Ramadan dengan pola intermittent fasting (IF) yang belakangan menjadi tren gaya hidup sehat.
Menurutnya, meski sama-sama membatasi asupan makanan, kedua jenis puasa ini memiliki mekanisme berbeda terhadap tubuh.
“Kalau puasa Ramadan itu dry fasting, tidak boleh makan dan minum dari fajar hingga magrib. Sedangkan intermittent fasting, kita masih bisa minum air putih, kopi hitam, atau teh tanpa gula selama berada di jendela puasa,” ujar Ade Rai dalam akun YouTubenya, dikutip Selasa, 2 September 2025.
Perbedaan lain, lanjut Ade, terletak pada waktu berpuasa. intermittent fasting biasanya dimulai sejak malam hingga siang atau sore hari, sementara Ramadan berlangsung dari subuh hingga terbenam matahari.
Ade menekankan bahwa manfaat puasa, baik Ramadan maupun IF, salah satunya adalah memicu proses metabolic switching—peralihan tubuh dari penggunaan karbohidrat sebagai energi menuju pembakaran lemak.
“Kalau insulin naik akibat konsumsi karbohidrat berlebih, pembakaran lemak akan berhenti. Dengan puasa, kita memberi kesempatan tubuh untuk memakai cadangan energi di dalam tubuh,” ujarnya.
Ade juga mengingatkan agar masyarakat tidak keliru dalam mengonsumsi minuman saat menjalani IF. Kopi hitam tanpa gula atau teh hijau masih diperbolehkan, sementara minuman manis, sirup, dan soda justru membatalkan puasa.
“Boleh minum kopi hitam karena justru mendukung autophagy dan pembakaran lemak. Tapi kalau pakai krimer atau gula, ya batal,” kata dia.
Menurut Ade, kesadaran akan pola makan sangat penting untuk mencegah kondisi roller coaster gula darah yang memicu rasa lapar berlebih dan craving.
“Kalau terus bergantung pada karbohidrat sederhana, energi kita tidak stabil. Puasa membantu tubuh lebih efisien
Comments 0