Melestarikan Pantun Bersahutan Betawi, Sanggar Sipitung Raih Piala Gubernur

KOSADATA — Suasana meriah menyelimuti Institut Kesenian Jakarta (IKJ) pada Minggu, 21 September 2025 kemarin. Bamus Suku Betawi 1982 menggelar Lomba Pantun Betawi bersahutan yang diikuti 20 kelompok dari berbagai kalangan, mulai dari sanggar seni, pelajar, mahasiswa, hingga komunitas budaya dari lima wilayah DKI Jakarta.

Ketua Panitia, Dr. Syaiful Amri, mengatakan lomba ini merupakan bagian dari upaya merawat identitas lokal di tengah gempuran budaya modern. 

“Pantun Betawi adalah warisan penuh makna, sarat pesan moral, dan mencerminkan filosofi hidup masyarakat. Melalui festival ini, kami ingin menumbuhkan kebanggaan sekaligus mendorong generasi muda untuk berkreasi dengan akar budayanya sendiri,” ujarnya.

Sejak babak awal, tiap kelompok peserta menampilkan pantun dengan gaya khas masing-masing. Gelak tawa dan tepuk tangan penonton mewarnai jalannya perlombaan yang berlangsung sengit namun tetap kental dengan kearifan lokal.

Keistimewaan lomba tahun ini hadir dari jajaran dewan juri yang dipimpin Bang Jahrudin, dikenal luas sebagai “Raja Pantun Betawi”. Dengan pengalamannya, ia memberikan penilaian tajam sekaligus masukan berharga agar pantun Betawi mampu beradaptasi dengan selera generasi milenial tanpa kehilangan ruh aslinya. 

“Pantun itu ibarat cermin kehidupan. Lewat lomba ini, kita tidak hanya melestarikan tradisi, tetapi juga mengajarkan nilai silaturahmi dan kebersamaan,” kata Jahrudin.

Hasil akhir menetapkan Sanggar Sipitung sebagai juara pertama yang berhak membawa Piala Gubernur DKI Jakarta. Sanggar Serabut Tenabang meraih posisi kedua, sementara Sanggar Pucung Rebung di peringkat ketiga. 

Sejumlah sanggar lain, seperti Wa’juang, Pusaka Joglo, dan BBC, menerima penghargaan sebagai juara harapan.

Kemenangan Sanggar Sipitung disambut penuh syukur. “Menang bukan segalanya, yang lebih penting adalah menjaga persaudaraan. Terima kasih kepada Bamus Suku Betawi 1982