Tarif Trump Guncang Ekonomi Dunia, Indonesia Mau Kompromi Atau Melawan?

Abdillah Balfast
Apr 05, 2025

Anthony Budiawan, Managing Director Political Economy and Policy Studies (PEPS). Foto: ist

KOSADATA – Kebijakan tarif impor baru yang diumumkan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump mengguncang pasar global. Pada 3 April 2025, bursa saham di berbagai belahan dunia mengalami kejatuhan signifikan, menyusul pemberlakuan tarif impor resiprokal oleh pemerintah AS terhadap hampir seluruh negara mitra dagangnya, termasuk Indonesia.

 

Tarif baru ini diberlakukan sebagai bagian dari langkah Presiden Trump untuk menyeimbangkan neraca perdagangan Amerika Serikat, yang dalam beberapa tahun terakhir mengalami defisit besar. Berdasarkan data, defisit neraca perdagangan AS tercatat sebesar 951,2 miliar dolar AS pada 2022, 773,4 miliar dolar AS pada 2023, dan kembali meningkat menjadi 918,4 miliar dolar AS sepanjang tahun 2024.

 

“Trump berpendapat bahwa sistem perdagangan internasional selama ini tidak adil dan cenderung merugikan AS,” ujar Anthony Budiawan, Managing Director Political Economy and Policy Studies (PEPS), dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (5/4/2025).

 

Menurut Anthony, tarif yang diberlakukan AS selama ini relatif rendah dibandingkan dengan tarif impor yang dikenakan negara-negara mitra dagang terhadap produk asal Amerika. Atas dasar itu, Trump memperkenalkan skema tarif resiprokal—suatu pendekatan yang menyetarakan tarif impor AS dengan tarif yang dikenakan negara mitra dagang kepada produk AS, disertai tambahan 10 persen sebagai tarif dasar.

 

Dalam daftar yang disebut sebagai “Dirty 15”—lima belas negara dengan kontribusi defisit terbesar terhadap perdagangan AS—Indonesia turut masuk dan dikenakan tarif resiprokal sebesar 32 persen, di luar tarif dasar 10 persen. Kebijakan ini dinilai akan berdampak signifikan terhadap kinerja ekspor nasional dan kondisi ekonomi dalam negeri.

 

“Negara-negara yang terkena tarif ini, termasuk


1 2

Related Post

Post a Comment

Comments 0