Dua Wisudawan ITS Ukir Prestasi: Dari Lapangan Sosial hingga Sirkuit Internasional

Ida Farida
Apr 14, 2025

Graciella Eleonora Joyvita (tiga dari kanan) dalam kegiatan turun lapangan pada kerja praktik bersama masyarakat. Foto: dokumentasi ITS

KOSADATA - Surabaya pagi itu diselimuti suasana haru dan bangga. Grha Sepuluh Nopember ITS dipadati toga dan senyum bahagia. Di antara lautan wisudawan, dua nama mencuri perhatian: Graciella Eleonora Joyvita dan Samuel Adi Nugroho. Mereka bukan hanya berhasil lulus dari kampus teknologi ternama itu, tapi juga meninggalkan jejak yang tak biasa dalam dunia akademik dan sosial.

 

Graciella—akrab disapa Grace—bukan sekadar lulusan terbaik sarjana dari Departemen Studi Pembangunan. Ia menutup perjalanannya di Fakultas Desain Kreatif dan Bisnis Digital dengan IPK 3,96 dan menyelesaikan studi dalam waktu 3,5 tahun. Namun bukan angka yang membuat kisahnya istimewa, melainkan bagaimana ia meramu teori dengan empati.

 

Gadis kelahiran 2003 ini memilih jalan turun ke lapangan. Selama magang di Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah dan Perdagangan Surabaya, ia tak hanya duduk di balik meja. Ia ikut mendengar keluh pedagang pasar, menghitung biaya logistik, dan menyerap denyut ekonomi rakyat. Pengalaman itu kemudian menjelma menjadi tugas akhir tentang harga bahan pokok dan kesejahteraan masyarakat—isu yang kerap luput dari sorotan ruang kelas.

 

“Ilmu dan pengalaman itu jadi bahan bakar saya menyelesaikan studi,” ujarnya dilansir laman resmi ITS, Senin, 14 April 2025. Kini, Grace bersiap menapaki dunia profesional di ESA Sampoerna Group, tetap dengan pijakan pada nilai-nilai sosial.

 

Berbeda medan, semangat yang sama. Samuel Adi Nugroho, wisudawan terbaik sarjana terapan dari Departemen Teknik Mesin Industri, menyalurkan kecintaannya pada teknologi melalui lintasan balap. Sebagai kepala divisi vehicle dynamics Tim Sapuangin ITS, pemuda asal Klaten ini menggabungkan teori perkuliahan dengan dinamika kendaraan hemat energi.

 

Hasilnya? Deretan trofi internasional. Tahun lalu, timnya menjuarai ajang Shell Eco-marathon Asia-Pacific & Middle East 2023 dan 2024 di Sirkuit Mandalika, Lombok. Bahkan, mereka menyabet posisi tiga besar di Driver’s World Championship 2023 di India. “Semua ini bukan cuma soal lomba, tapi tentang belajar bekerja dalam tim, mengelola proyek, dan menyentuh langsung dunia manufaktur,” ucap Samuel.

 

Tak hanya menyelesaikan studi dengan prestasi tinggi, baik Grace maupun Samuel mewujudkan nilai yang lebih luas dari sekadar lulus: kontribusi. Dari intervensi kebijakan harga pangan hingga pengembangan kendaraan masa depan, keduanya memberi bukti bahwa pendidikan bermakna lebih dari angka di atas ijazah.

 

Di panggung Wisuda ke-131 ITS, mereka berdiri tegak. Tapi cerita sesungguhnya justru dimulai setelah toga dilipat dan aula dikosongkan. Seperti yang mereka pesan untuk generasi penerus: temukan potensi diri dan pastikan setiap langkah membawa dampak.

 

Karena bagi mereka, kampus bukan akhir—melainkan titik tolak untuk memberi makna lebih bagi masyarakat.***

Related Post

Post a Comment

Comments 0