Fenomena 'Childfree'' dianggap tidak sesuai dengan konteks Indonesia dan ajaran Islam

Isma Nanik
Feb 15, 2023

KOSADATA - Fenomena childfree, gaya hidup tanpa anak, kini kian marak seiring tayangan para selebriti dan artis di ibu kota kembali terulang. Namun, gaya hidup tanpa anak ini tampaknya tidak sesuai dengan konteks Indonesia dan ajaran Islam.

Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Abdul Mu'ti, menilai fenomena tidak memiliki anak bukanlah hal yang sepele. Pengertian ini tidak sesuai dengan konsep keluarga dalam ajaran Islam.

"Kenapa ini terjadi? Satu hal yang mendorong tren ini adalah perubahan pandangan tentang keluarga dan hubungan suami-istri dalam keluarga," kata Mu'ti dalam siaran TVMU, Rabu (15/2/2023).

Guru besar pendidikan agama Islam di UIN Syarif Hidayatullah ini menjelaskan, ketidakberdayaan muncul karena perubahan filosofi pernikahan. Jika hubungan itu awalnya dirancang untuk kelahiran kembali, orang yang tidak memiliki anak hanya melihat relaksasi dalam pernikahan.

"Untuk bersenang-senang. Oleh karena itu, bertentangan dengan tren ini, kecuali sebelumnya, ada orang dalam keluarga yang tidak menginginkan anak. Ada juga orang yang menginginkan anak tetapi tidak ingin hamil. Itu karena aku takut aku tidak cantik dan tidak menarik lagi," jelasnya.

Lebih lanjut, Mu'ti menegaskan bahwa gagasan childfree semacam itu pada akhirnya dapat menyebabkan degenerasi atau keruntuhan generasi. Lebih lanjut, hal tersebut tidak sesuai dengan ajaran Islam seperti hadits shahih Nabi Muhammad yang diriwayatkan oleh Abu Daud, an-Nasa'i dan Ahmad yang artinya:

"Menikahlah dengan wanita yang penuh kasih sayang dengan banyak anak. Jadi di hari kiamat aku akan bangga dengan jumlahmu di depan orang lain."

“Berdasarkan hadits ini, tujuan pernikahan adalah prokreasi dan kelahiran kembali,” ujarnya. Abdul Mu'ti menyimpulkan dengan berpesan bahwa persoalan kekinian seperti ini juga harus menjadi perhatian para da'i untuk memberikan dakwah dan tuntunan agama yang menyentuh dan mencerahkan.

“Kecenderungan yang hedonistis seperti ini perlu kita waspadai dan kita sadari karena yang jadi target dalam pandangan seperti ini adalah anak-anak muda karena menganggap gaya hidup masa kini, apalagi mereka tahapan mencari idola dan kalau idolanya seperti itu bisa secara sederhana mereka meniru. Itulah pentingnya bimbingan agama bagi generasi muda dan tidak menganggap kecenderungan ini sebagai tren yang biasa saja,” pungkasnya. ***

Related Post

Post a Comment

Comments 0