Presiden RI ke-6, Susilo Bambang Yudhoyono dan Calon Presiden Prabowo Subianto. Foto: ist
KOSADATA - Presiden RI ke-6, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengungkapkan ada tiga pemilihan presiden pada tahun 2024 yang akan mempengaruhi geopolitik dan keamanan di kawasan Asia. Salah satunya, pemilihan presiden Indonesia yang akan dilaksanakan pada bulan Februari 2024 mendatang.
Menurut ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat itu, pemilihan presiden di Indonesia memiliki arti penting bagi geopolitik dan keamanan kawasan Asia. Terlebih, Indonesia adalah negara terbesar di Asia Tenggara di samping menjadi anggota G20.
"Karenanya, Indonesia kerap dipandang sebagai regional power dan sekaligus global player. Jika presiden Indonesia mendatang sungguh memahami pentingnya menjaga stabilitas kawasan Asia (baik Asia Timur maupun Asia Tenggara), maka yang bersangkutan akan bisa memainkan politik luar negeri dan diplomasi yang cerdas," ujar SBY dalam cuitannya, Minggu (7/1/2024).
SBY meyakini, Indonesia bisa menjalankan diplomasi yang cerdas dengan membangun kebersamaan negara-negara ASEAN agar konflik apapun yang terjadi di Asia Timur dan tentunya Asia Tenggara dapat dicarikan solusi yang lebih damai.
Hal ini penting dilakukan agar tidak terjadi malapetaka di kawasan Asia bahkan di dunia, yang bakal memporak-porandakan perdamaian dan keamanan internasional.
Diketahui, Komisi Pemilihan Umum (KPU) menggelar debat ketiga peserta Pilpres2024 di Istora Senayan, Jakarta Pusat, Minggu (7/1) mulai pukul 19.00 WIB. Tema debat kali ini adalah pertahanan, keamanan, hubungan internasional, dan geopolitik.
Selain soal pemilihan presiden di Indonesia, SBY juga mencermati pemilihan presiden di Taiwan dan Amerika Serikat yang juga dilakukan pada tahun 2024.
Saat ini, kata SBY, geopolitik dan keamanan yang terjadi saat ini yakni adanya ketegangan yang tinggi antara Tiongkok dengan Taiwan. Diakui SBY, dirinya sangat memahami bahwa bagi Tiongkok permasalahan Taiwan adalah isu dalam negeri.
"Juga ketegangan antara Tiongkok dan Amerika Serikat yang berkaitan dengan hubungan Tiongkok - Taiwan yang memanas tahun-tahun terakhir ini," ucapnya.
Pada Januari 2024 ini, katanya, akan terjadi pemilihan presiden di Taiwan. Sedangkan pada November 2024 mendatang akan terjadi pemilihan presiden di Amerika Serikat.
Dia menilai, jika Presiden Taiwan yang baru adalah sosok yang bergaris keras dan sangat anti Tiongkok, ketegangan Tiongkok – Taiwan akan makin meningkat.
Demikian juga jika Presiden Amerika Serikat pasca Pilpres 2024 juga sosok yang bergaris keras dan sangat anti “unifikasi Tiongkok – Taiwan” yang makin diagendakan oleh pemimpin Tiongkok saat ini, maka kawasan Asia Timur betul-betul menjadi sebuah flashpoint yang setiap saat bisa meledak menjadi guncangan geopolitik dan keamanan di Asia.
"Sebaliknya jika baik Presiden Amerika Serikat dan Presiden Taiwan yang baru nanti lebih bergaris moderat dan bersedia untuk memasuki wilayah “take and give”, kekhawatiran dunia terhadap terbukanya konflik militer terbuka di kawasan Asia Timur bisa berkurang," tandasnya. ***
Oseng-oseng Madun, Warung Betawi Sederhana, Terkenal se-Jagat Maya
KULINER Feb 25, 2023Sekjen PDIP Kembali Sindir PAN soal Isyarat Dukung Ganjar-Erick
POLITIK Mar 03, 2023Relawan Ganjar Pranowo Berikan Dukungan ke PDIP di Pilpres 2024
POLITIK Mar 09, 2023Tanpa Libatkan Demokrat dan PKS, Nasdem Tetapkan Cak Imin Jadi Cawapres Anies
POLITIK Aug 31, 2023
Comments 0