Kantongi 35 Ribu Dukungan, Bacabup Independen Lima Puluh Kota Buya Feri Siap Atasi Masalah Sosial

Abdillah Balfast
Jun 20, 2024

Calon Bupati independen Lima Puluh Kota Ferizal Ridwan

KOSADATA - Bakal Calon Bupati independen Lima Puluh Kota Ferizal Ridwan bertekad melanjutkan cita-cita lamanya untuk mewujudkan Universitas Islam Tan Malaka. Cita-cita ini adalah rencana lama sejak menjabat wakil bupati Lima Puluh Kota pada periode 2016-2021. 

"Tan Malaka pahlawan nasional yang berjasa terhadap Indonesia atas perjuangan dan pemikirannya," ujar Buya sapaan akrab Feri kepada Jakarta Raya lewat pesan tertulis pada Kamis (20/6).

Buya mengatakan, Tan Malaka dan Bung Hatta merupakan putra daerah Lima Puluh Kota yang berjasa mendirikan Republik. Selain berjuang dengan berperang, Tan Malaka menerbitkan banyak buku yang sampai saat ini menjadi referensi bagi mahasiswa dan akademisi.

Sebagai mantan Wakil Bupati, Buya bersama wakilnya Dedi Henidal yang mengusung tagline "Lima Puluh Kota Masa Depan" juga punya target untuk menjadikan Lembah Harau sebagai kawasan destinasi wisata nasional dan manca negara.

"Kami ingin memanfaatkan daerah ini di perlintasan perdagangan Sumatera dan dekat dengan Malaysia, kita ingin potensi itu benar benar bermanfaat bagi daerah dan masyarakatnya," katanya.

Lembah Harau merupakan sebuah lembah dengan luas sekitar 270,5 hektare yang dikelilingi pemandangan tebing-tebing tinggi menjulang, dengan ketinggian sekitar 100-500 meter. 

Di sini juga kita bisa menemukan kampung adat Minang di Kampung Sarosah, Kampung Korea Jepang, Kampung Eropa, Batang Tabik Waterpark, hingga Harau Dream Park.

"Kami ingin buktikan bahwa Ibu kota Sarilamak menjadi Ibukota Kabupaten yang benar-benar terbukti secara kenyataan," imbuhnya. 

Majunya Buya Feri bersama Dedi dinilai sebagai pasangan dambaan masyarakat Lima Puluh Kota. Karakteristik kepemimpinan Buya yang bergerak cepat terjun langsung atasi persoalan sangat disukai masyarakat. 

Buya memang dikenal dengan gerak cepatnya bertemu dengan masyarakat yang dilanda persoalan sosial. Seperti memberi bantuan untuk warga tidak mampu, bantuan pengobatan, hingga menyediakan penampungan untuk kalangan orang-orang tuna wisma.

"Kita ingin melayani setiap masyarakat yang punya persoalan sosial yang merupakan kewajiban negara dan pemimpin," katanya.

Kemudian, sudah terbiasa bagi Buya dalam menerima hak asuh terhadap yatim dan piatu dan orang tua jumpo.

"Mereka yang punya keterbatasan fisik, mereka yang ODGJ dan para orang tua jumpo yang terlantar adalah saudara kita semua," imbuh Buya

Di samping itu, Buya juga sangat peduli dengan pendidikan warga. Bahkan sudah terbiasa bagi mahasiswa di Sumbar dan Jabodetabek untuk menyampaikan keluhan kehidupan mahasiswa di tanah rantau 

Yang tidak kalah penting kata Buya, kita semua harus selalu ingat sejarah. Ia mengatakan, dari sejarah kita lahir dan bisa menikmati perjuangan para pahlawan. 

Karenanya, ia akan memberikan perhatian khusus terhadap daerah Basis Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) di Halaban, Lima Puluh Kota. 

Dalam kurun Desember 1948–Juli 1949, dibawah pimpinan Sjafroeddin Prawiranegara, merupakan aset sejarah nasional dan Sumatera Barat yang besar, sekaligus merupakan simbol bela negara yang sangat otentik.

PDRI, yang dideklarasikan di Halaban, Lima Puluh Kota, pada tanggal 19 Desember 1948 merupakan estafet yang mengisi kekosongan pemerintahan saat Soekarno-Hatta dan sejumlah tokoh penting nasional ditawan dan diasingkan oleh Belanda. "PDRI yang pernah menyelamatkan Republik," tutupnya. (***)

Related Post

Post a Comment

Comments 0