Foto: Net
Oleh: Flores">Simply da Flores
KOSADATA - Menjelang perayaan Hari Kartini, saya mendapat inspirasi menulis dari Om Fransiscus Go Beliau adalah putra daerah Flobamora, yang menjadi sosok bakal calon gubernur NTT dari dunia Wirausaha. Ada hal menarik yang disampaikan beliau tentang pentingnya mendorong keterlibatan milenial putri dalam pembangunan serta membentuk gerakan muda baru, melawan status quo politik nasional, yang makin merusak demokrasi.
Selain itu, ditenggarai adanya kondisi memprihatinkan tentang nasib hak publik. Kondisi kemiskinan rakyat bertentangan dengan fenomena gemerlap; dimana Gubernur, wagub, bupati, walikota, anggota DPRD - DPR, DPD terus sibuk menabung kekayaan dan bikin rumah besar dengan aneka strategi Bahkan melakukan korupsi anggaran publik, dan bergaya di atas penderitaan rakyat pemilihnya. Juga nasib generasi muda, dimana pemilih muda jangan sampai makan nasi tiwul, tapi caleg, Paslon, legislatif dan senator terpilih makan ayam dan bangun rumah pribadi besar-besaran.
Hal-hal di atas, memberi inspirasi bagi saya untuk melihat nasib hak perempuan Flobamora, dalam konteks pembangunan NTT dan semangat Peringatan Hari Kartini.
Warisan Kearifan Lokal dan Ajaran Iman
Dari khasanah adat budaya masyarakat Flobamora, ada kearifan spiritual dan budaya yang mengagungkan posisi perempuan setara dengan laki-laki. Perempuan setara dengan laki-laki digambarkan dalam ungkapan "Ibu Bumi -Bapa Langit" ketika ritual adat. Lalu, dalam prinsip relasi sosial budaya, yang tercermin dari ritual perkawinan yang menghargai perempuan dengan belis yang mahal.
Lalu, dalam ajaran iman agama pun menegaskan harkat martabat perempuan di hadapan laki-laki sebagai mitra dan pasangan setara. Bukan perempuan sebagai bawahan dan hamba kaum laki-laki.
Dengan kearifan spiritual dan adat budaya itu, ada harapan dan pegangan hakiki bahwa hak perempuan sungguh dihormati dan dijamin dalam kehidupan sehari-hari. Perempuan mendapat jaminan keadilan hakiki dalam perkataan dan perbuatan di tengah keluarga, komunitas dan masyarakat.
Pertanyaannya, bagaimana dengan fakta kasus stunting anak, angka kasus KDRT, kasus kekerasaan seks dan perdagangan pekerja perempuan terus semarak di NTT?
Bagaimana fakta tingginya kematian buruh migran yang umumnya perempuan di NTT hingga saat ini ? Dimana penegakan hukum negara, adat budaya dan agama untuk menjamin hak-hak perempuan ?
Partisipasi dan Jaminan Hak Perempuan dalam Pembangunan NTT
Setiap desa dan kelurahan di NTT memiliki karekteristik yang berbeda. Termasuk kapasitas kaum perempuan dan partisipasinya dalam pembangunan. Berapa banyak perempuan yang terlibat dalam musyawarah pembangunan dusun dan desa selama ini, untuk membicarakan nasib dan kebutuhannya. Misalnya soal kesehatan ibu dan anak, soal ekonomi dan pendidikan anak, juga kasus KDRT dan Kekerasan seksual serta persoalan yang dihadapi kaum perempuan di desa.
Dari kondisi yang ditelisik selama ini, partisipasi perempuan sangat rendah dalam musyawarah pembangunan dusun dan desa, karena aneka kendala. Kendala utama berkaitan dengan tingkat pendidikan dan pemahaman yang rendah akan pentingnya musbangsus dan musbangdes. Karena itu, umumnya perempuan di kampung dan desa, hanya menerima nasib dan ikut saja keadaan yang terjadi.
Soal aneka kasus dan kesulitan ekonomi, sosial, budaya dan politik, biasanya tergantung kaum bapak dalam keluarga atau komunitas adat budaya. Perempuan di bawah dominasi laki-laki. Apalagi dengan keterbatasan kapasitas ketrampilan dan pengetahuan.
Hari Kartini dan Keseteraan Gender
Dalam semangat Hari Kartini, yang mempelopori emansipasi, dengan semboyan "habis gelap terbitlah terang", kiranya kaum Perempuan Flobamora harus bangkit dan berbicara. Jangan diam, jangan berlarut dan bertahan dalam kegelapan aneka persoalan. Zaman telah berubah dan media sosial bisa menjadi sarana belajar serta menyatakan pendapat untuk menegakkan hak kesetaraan gender.
Alasan advokasi membangun kesetaraan dan keadilan gender menjadi sangat mendesak saat ini bagi perempuan Flobamora. Saatnya bangkit, sadar dan berbicara, lalu berperan mengupayakan jaminan hak-hak perempuan, dalam proses pembangunan.
Kiranya tidak salah, hemat saya, untuk menyatakan pendapat ini. "Jika ingin membangun kesejahteraan keluarga, maka sejaterahkan dan jaminlah hak perempuan dan anak.
Jika mau menegakkan hak asasi manusia, jaminlah hak asasi perempuan dan anak."
Maka, pasti tumbuh harkat dan martabat hakiki manusia dalam keluarga dan masyarakat lebih beradab. Semua dimulai dari keluarga, dan kunci keluarga ada di jaminan harkat martabat perempuan. Sorga di telapak kaki Ibu.
Semoga di Masyarakat Flobamora - NTT, dengan semangat Hari Kartini, hak perempuan semakin dijamin dan diwujud-nyatakan dalam pembangunan daerah. Andalannya adalah kebijakan politik para pemimpin daerah, Kepala Desa, Bupati - Wali Kota, Gubernur dan DPRD, serta aparat aparat pelayan publik, yang digaji negara untuk melayani hak rakyat, terkhusus hak perempuan ..
Semoga.
Oseng-oseng Madun, Warung Betawi Sederhana, Terkenal se-Jagat Maya
KULINER Feb 25, 2023Sekjen PDIP Kembali Sindir PAN soal Isyarat Dukung Ganjar-Erick
POLITIK Mar 03, 2023Relawan Ganjar Pranowo Berikan Dukungan ke PDIP di Pilpres 2024
POLITIK Mar 09, 2023Tanpa Libatkan Demokrat dan PKS, Nasdem Tetapkan Cak Imin Jadi Cawapres Anies
POLITIK Aug 31, 2023
Comments 0