Polisi Gagalkan Penyelundupan 16 Calon Pekerja Migran ke Timur Tengah

KOSADATA — Jajaran Satuan Reserse Kriminal (Satreskrim) Polres Bandara Soekarno-Hatta menggagalkan upaya pemberangkatan 16 calon pekerja migran Indonesia (CPMI) non-prosedural tujuan Timur Tengah. 

Dalam operasi pencegahan itu, polisi menetapkan dua orang sebagai tersangka dan tengah menelusuri keterlibatan seorang warga negara asing (WNA) yang diduga menjadi penyandang dana.

Kasat Reskrim Polres Bandara Soekarno-Hatta, Kompol Yandri Mono, mengatakan kedua tersangka berinisial E dan H berperan dalam mengatur keberangkatan para CPMI secara ilegal. 

“Motif para pelaku adalah mencari keuntungan dari setiap pengiriman, berkisar antara Rp1 juta hingga Rp2 juta per orang,” ujar Yandri, belum lama ini.

Menurut Yandri, para korban dijanjikan pekerjaan di Timur Tengah, namun diberangkatkan menggunakan visa wisata—modus lama yang kerap dipakai untuk menyamarkan pengiriman pekerja migran ilegal.

Upaya penyelundupan itu terbongkar pada 1 September 2025, ketika polisi menerima informasi tentang keberangkatan delapan calon PMI menuju Arab Saudi melalui Bandara Soekarno-Hatta. Mereka berangkat dengan pesawat TransNusa rute Jakarta–Kuala Lumpur, sebelum transit ke India dan melanjutkan perjalanan ke Jeddah.

“Seluruh CPMI berhasil diamankan sebelum melanjutkan penerbangan. Mereka kami bawa ke Polres Bandara Soetta untuk pemeriksaan,” kata Yandri.

Dari hasil penyelidikan, Unit V Resmob Satreskrim Polresta Bandara Soetta menelusuri jaringan pengiriman tersebut hingga ke kawasan Cipayung, Jakarta Timur. Pada 3 September 2025, dua tersangka berhasil ditangkap bersama sejumlah barang bukti.

Polisi juga menemukan indikasi kuat adanya keterlibatan seorang WNA yang berperan sebagai penyandang dana dalam operasi pengiriman CPMI non-prosedural ini. “Peran WNA tersebut masih kami dalami,” kata Yandri.

Selama Januari hingga September 2025, Satreskrim Polres Bandara Soekarno-Hatta mencatat telah menggagalkan pemberangkatan 645