Angka Pengangguran Tinggi, HILLSI: Minus Kompetensi Diri

Sani Ichsan
Feb 21, 2023

KOSADATA - Badan Pusat Statistik pada Agustus 2022 melansir angka pengangguran di Indonesia sebanyak 8,4 juta jiwa. Jumlah itu didominasi anak muda berusia 20 s.d. 24 tahun, yakni sebanyak 2,54 juta orang.

Adapun pengangguran berusia 15 s.d. 19 tahun sebanyak 1,86 juta jiwa, usia 25 s.d. 29 tahun 1,17 juta jiwa, usia 30 s.d. 34 tahun 608,41 ribu jiwa, usia 35 s.d. 39 tahun sebanyak 439,94 ribu jiwa, usia 40 s.d. 44 tahun ada 395,17 ribu jiwa, usia 45 s.d. 49 tahun 355,84 ribu jiwa, usia 50 s.d. 54 tahun 324,18 ribu jiwa, usia 55 s.d. 59 tahun ada 254,17 ribu jiwa, dan usia di atas 60 tahun ke atas mencapai 485,54 ribu jiwa.

Ketua Umum DPP Himpunan Lembaga Pelatihan Seluruh Indonesia (HILLSI), Amir Bakriyadi, mengatakan, salah satu penyebab tingginya angka pengangguran di republik ini lantaran banyak penduduk yang tidak mempunyai kompetensi diri. Lulus sekolah tidak bisa berbuat banyak, karena tidak punya keahlian khusus.

“Tugas kita adalah menyediakan pelatihan yang berbasis kebutuhan industri. Anggota kita tersebar di seluruh Indonesia. Ada macam-macam LPK, mulai kecantikan, otomotif, tata boga, mengemudi dan banyak lagi. Mereka yang belajar di LPK bukan saja ikut pelatihan, tapi juga kita tempatkan di industri-industri yang sesuai dengan keahliannya,” ujar Amir dalam keterangan tertulis, Selasa (21/2/2023).

Ia menilai, salah satu alasan di beberapa pabrik atau industri ada pekerja dari luar negeri, itu lantaran tenga kerja lokal tidak memiliki kompetensi. “Di sanalah HILLSI yang di dalamnya ada LPK-LPK berperan. Kita harus memberikan pelatihan sesuai kebutuhan pasar kerja,” ucapnya.

Hal senada disampaikan Ketua DPD Hillsi Jawa Barat, Tatang Taqyudin. Menurutnya, LPK sudah ada sejak puluhan tahun lalu dan membersamai perjalanan bangsa ini. Kontribusinya dalam mengurangi jumlah pengangguran sudah diakui.

“Mereka yang lulus sekolah atau kuliah sulit mendapatkan pekerjaan jika tidak mempunyai kompetensi diri yang mumpuni. Dari mana kompetensi itu didapat? Jawabannya ya ada di LPK. Mereka yang selesai sekolah lalu mencari kerja tapi tidak dapat-dapat karena tidak punya kompetensi, ujung-ujungnya ikut pelatihan di LPK,” papar Tatang.

Ia menegaskan, selain dapat kerja di pabrik atau industri, para lulusan LPK juga bisa berwirausaha sesuai dengan kemampuannya. Mereka yang belajar tata boga atau kecantikan, banyak yang punya usaha kuliner atau buka salon sendiri.

Tatang menyebutkan, HILLSI Jawa Barat punya banyak program unggulan, di antaranya pelatihan uji kompetensi dan penempatan kerja. Program kolaborasi antara HILLSI, KADIN, APINDO dan Disnakertrans Jawa Barat itu merupakan dukungan konkret dalam mewujudkan Jabar Juara.

“Untuk mendorong para alumni yang berwirausaha, DPD HILLSI sudah menggandeng BJB untuk pendampingan modal usaha,” ujarnya.***

Related Post

Post a Comment

Comments 0