KOSADATA - Angka kemiskinan di Jawa Tengah (Jateng) mengalami penurunan sebesar 0,27% pada September 2022 dibanding September 2021. Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Tengah mencatat jumlah penduduk miskin di Jateng tinggal 10,98% atau 3,86 juta orang. Statistisi Ahli Madya BPS Jateng, Muh. Saichudin menyampaikan pada September 2021, penduduk miskin di Jateng berjumlah 3,93 juta orang atau 11,25%.
“Sepanjang 2022, penduduk miskin di Jateng berkurang sebanyak 75.780 orang,†ujar Saichudin pada rilis online melalui kanal YouTube seperti dalam keterangan tertulis dikutip Selasa (17/1/2023).
Ia menyatakan rilis tersebut berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang dilaksanakan secara rutin pada Maret dan September setiap tahunnya.
Saichudin menerangkan pandemi COVID-19 juga berpengaruh terhadap angka kemiskinan. Saat pandemi, jumlah penduduk miskin di Jateng pada Maret dan September 2020 mencapai 11,41% dan 11,84%.
Kemudian, terjadi penurunan angka kemiskinan di Jateng. Pada Maret 2021, angka kemiskinan turun menjadi 11,79% dan kembali turun pada September jadi 11,25. Sedangkan pada Maret 2022, jumlah penduduk miskin di Jateng sebesar 10,93%.
“Maret ke September ada kenaikan 0,05%. Namun jika dibandingkan secara tahunan, ada penurunan penduduk miskin di Jateng pada periode September 2021 dibandingkan September 2022,†jelasnya.
Selain itu, BPS Jateng mencatat indeks kedalaman kemiskinan (P1) pada Semester 2022 turun menjadi 1.753 dibandingkan Maret 2022 yang mencapai 1.771. Sementara itu, indeks keparahan kemiskinan mencapai 0,422 poin.
Lebih lanjut, Saichudin menjelaskan beberapa hal yang turut memengaruhi angka kemiskinan, yakni kebijakan menaikkan harga BBM. Meski demikian, pemerintah telah melakukan sejumlah aksi untuk menjaga agar inflasi tidak meningkat.
Langkah pemerintah untuk mengendalikan angka inflasi, misalnya dengan subsidi biaya angkut transportasi untuk komoditas bawang putih, telur, dan bawang merah. Kemudian, bantuan langsung tunai BBM, Bantuan Subsidi Upah (BSU), dan Bantuan Langsung Tunai (BLT) BBM.
Di sisi lain, menurut Saichudin ada beberapa faktor yang menghambat angka kemiskinan di Jateng. Faktor tersebut, di antaranya perekonomian triwulan 3 pada tahun 2022 yang mencapai 5,28%, lebih tinggi dibandingkan triwulan 1 yang hanya 5,13%.Selain itu, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Agustus 2022 mengalami penurunan 0,18% atau berada pada 5,57%. Angka tersebut bila dibandingkan Februari di tahun yang sama yang berada pada 5,75%
Bank Indonesia juga menaikkan suku bunga acuan pada 23 Agustus dan 22 September untuk menurunkan ekspektasi inflasi dan memastikan inflasi inti kembali ke sasarannya.
Pada September 2022, tercatat inflasi berada pada angka 1,19%. Inflasi tahun kalender (dibanding Desember 2021) berada pada 5,11%. Sementara inflasi tahun ke tahun (September 2021 ke September 2022) tercatat 6,40%.
Saichudin pun mengungkapkan pengukuran kemiskinan BPS menggunakan konsep kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan metode yang telah dipakai sejak 1998 ini, kemiskinan diartikan sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan non makanan menurut garis kemiskinan.
Garis kemiskinan makanan merupakan nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang setara 2.100 kalori per kapita per hari. Sedangkan garis kemiskinan non makanan adalah nilai minimum pengeluaran untuk perumahan, sandang, pendidikan, kesehatan, dan kebutuhan lainnya.
Dengan demikian, orang yang dikatakan miskin adalah yang memiliki pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan. Adapun garis kemiskinan pada September 2022 tercatat sebesar Rp 464.879 per kapita per bulan. ***
Oseng-oseng Madun, Warung Betawi Sederhana, Terkenal se-Jagat Maya
KULINER Feb 25, 2023Sekjen PDIP Kembali Sindir PAN soal Isyarat Dukung Ganjar-Erick
POLITIK Mar 03, 2023Relawan Ganjar Pranowo Berikan Dukungan ke PDIP di Pilpres 2024
POLITIK Mar 09, 2023Tanpa Libatkan Demokrat dan PKS, Nasdem Tetapkan Cak Imin Jadi Cawapres Anies
POLITIK Aug 31, 2023
Comments 0