Endus Mafia Pangan, Mentan Temukan Anomali 11.000 Ton Beras di Cipinang

Ida Farida
Jun 05, 2025

Menteri Pertanian (Mentan), Andi Amran Sulaiman. Foto: ist

KOSADATAMenteri Pertanian (Mentan), Andi Amran Sulaiman mengungkap dugaan praktik permainan harga dan manipulasi stok beras di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC), Jakarta. Temuan itu diperoleh usai Kementerian Pertanian (Kementan) bersama Satgas Pangan Mabes Polri menelusuri data distribusi beras di pasar tersebut.

 

Amran menyebut terdapat anomali signifikan dalam distribusi beras di PIBC. Berdasarkan data Food Station Tjipinang Jaya, tercatat adanya pengeluaran beras sebanyak 11.410 ton hanya dalam satu hari, yakni pada 28 Mei 2025. Jumlah itu jauh di atas rata-rata normal harian sebesar 1.000 hingga 3.500 ton.

 

"Kami sudah koordinasi dengan Mabes Polri. Jangan biarkan konsumen dan produsen menjerit. Negara tidak boleh kalah dari mafia," ujar Amran saat ditemui di Jakarta Selatan, dikutip Kamis, 5 Juni 2025.

 

Menurut Mentan, permainan harga dan distribusi tersebut merugikan petani dan konsumen. Harga beras di tingkat petani mengalami penurunan, sementara di konsumen justru naik. Data Badan Pusat Statistik (BPS) pun mengonfirmasi penurunan harga di penggilingan.

 

"Artinya apa? Ada yang tidak benar," tegas Amran.

 

Tak hanya soal harga, Amran juga menyoroti ketimpangan keuntungan di rantai distribusi pangan. Ia menyebut para middleman atau tengkulak bisa meraup keuntungan hingga Rp42 triliun, sementara petani hanya mendapatkan sekitar Rp1,5 juta per bulan.

 

Mentan memastikan pemerintah akan mengambil langkah tegas. Sesuai arahan Presiden Prabowo Subianto, pemerintah akan memperkuat pendampingan petani melalui peningkatan pasokan pupuk, perbaikan irigasi, hingga penyesuaian Harga Pembelian Pemerintah (HPP).

 

"Kita harus dampingi petani. Mereka tidak boleh dibiarkan jalan sendiri," ucapnya.

 

Untuk memangkas jalur distribusi yang panjang, Kementan juga tengah menyiapkan program Koperasi Desa Merah Putih. Melalui koperasi ini, rantai pasok yang semula mencapai 7-8 tahap akan dipangkas menjadi tiga, yakni dari produsen ke koperasi lalu ke konsumen.

 

Di sisi lain, Kepala Satgas Pangan, Brigjen Pol Helfi Assegaf, menyatakan pihaknya masih mendalami anomali data stok beras tersebut. Hingga kini, pihak pengelola PIBC belum dapat menjelaskan secara rinci kemana perginya ribuan ton beras yang keluar dalam sehari.

 

"Mereka ditanya tetapi tidak bisa menyampaikan barang itu ke mana. Kita akan lebih dalami lagi. Kalau ternyata tidak sesuai, artinya ada manipulasi," kata Helfi.

 

Pemerintah memastikan proses investigasi terus berjalan demi memastikan stabilitas harga dan ketersediaan pangan nasional.***

Related Post

Post a Comment

Comments 0