SBY Serukan Penguatan PBB untuk Penghentian Kekerasan Global

Ida Farida
Mar 05, 2025

SBY kembali menjadi pembicara di Tokyo Conference 2025. Foto: Dubes RI untuk Jepang

KOSADATA - Presiden ke-6 Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), menjadi pembicara utama dalam Tokyo Conference 2025 yang diselenggarakan pada Selasa, 4 Maret 2025, di Tokyo Prince Hotel. Mengusung tema "International Cooperation and Restoration of Peace," konferensi ini mempertemukan para pemimpin dunia dan pemikir dari 10 negara demokrasi untuk membahas tantangan global.

 

Tokyo Conference, yang diorganisir oleh The Genron NPO, menghadirkan sejumlah tokoh penting, di antaranya Sekjen PBB Antonio Guterres dan mantan Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida. Dalam pidatonya, SBY menyampaikan seruan kuat untuk penguatan kerja sama internasional dalam menghadapi ketegangan global yang semakin meningkat.

 

“Kita hidup di dunia yang bergejolak. Dunia yang semakin terfragmentasi, ditandai dengan meningkatnya persaingan geopolitik, meningkatnya ketidakpercayaan, dan menurunnya kerja sama,” ujar SBY dalam keterangannya, Rabu (5/3/2025).

 

Ia mengingatkan bahwa tahun ini merupakan peringatan 80 tahun berakhirnya Perang Dunia II dan berdirinya Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). “Sudah sepantasnya kita mengingat kembali alasan didirikannya PBB,” katanya, menegaskan perlunya tatanan internasional yang berbasis aturan dan saling menghormati antarnegara, baik besar maupun kecil, kaya maupun miskin.

 

Namun, SBY juga menyoroti kelemahan PBB dalam menghentikan kekerasan yang masih berlangsung di berbagai belahan dunia, termasuk di Gaza dan Ukraina. “Kegagalan PBB merupakan kekalahan multilateralisme,” tegasnya. Ia menyarankan agar PBB diperkuat sebagai simbol multilateralisme global, dengan meningkatkan operasi penjagaan perdamaian dan menciptakan sistem pendanaan yang stabil agar tidak ada kekuatan besar yang bisa mengintimidasi lembaga tersebut.

 

Lebih lanjut, SBY menyerukan agar dunia kembali bekerja sama untuk mengatasi berbagai tantangan global. “Untuk menghindari bencana iklim, perang, dan penderitaan manusia, mari kita kembali ke jalur kerja sama, kemitraan, dan kolaborasi. Tidak ada satu negara pun yang dapat melawan masalah global sendirian,” serunya.

 

Dalam konferensi tersebut, Sekjen PBB Antonio Guterres, yang menyampaikan pidato melalui pesan video, mengapresiasi peran Jepang dalam mendukung multilateralisme. “Jepang adalah pemimpin dan pilar kuat pendukung multilateralisme dan dalam memajukan tatanan dunia internasional,” katanya. Ia menekankan pentingnya upaya bersama dalam mewujudkan perdamaian dunia dan penghapusan senjata nuklir.

 

Mantan Perdana Menteri Jepang, Fumio Kishida, juga menegaskan dukungan Jepang terhadap multilateralisme. “Dukungan Jepang kepada multilateralisme tidak akan diganggu gugat. Oleh karena itu, kita perlu bekerja sama dalam membangun kepercayaan masyarakat internasional, termasuk mereformasi PBB,” ujar Kishida.

 

Sebelum berbicara di Tokyo Conference 2025, SBY, yang didampingi oleh Duta Besar Indonesia untuk Jepang, Heri Akhmadi, mengadakan pertemuan dengan mantan Perdana Menteri Kishida. Dalam pertemuan tersebut, Yudhoyono memastikan bahwa ia telah berdiskusi dengan Presiden Indonesia Prabowo Subianto mengenai langkah-langkah untuk memperkuat hubungan Indonesia-Jepang. Kishida menegaskan bahwa Indonesia merupakan mitra strategis bagi Jepang dan menyatakan keyakinannya bahwa kerja sama kedua negara akan semakin berkembang.

 

Dubes Heri Akhmadi juga menyoroti pentingnya kemitraan strategis antara Indonesia dan Jepang yang semakin erat setelah kesepakatan kemitraan strategis komprehensif pada akhir 2023. “Kemitraan itu menandakan tujuan bersama dalam berbagai kepentingan strategis, yang menjadi landasan untuk memperkuat kerja sama kedua negara di masa depan,” katanya.

 

Dengan semangat kolaborasi yang dipresentasikan dalam Tokyo Conference 2025, harapan untuk menciptakan dunia yang lebih damai dan stabil semakin nyata. Namun, tantangan besar untuk mewujudkan perdamaian dunia tetap mengharuskan komitmen nyata dari semua negara untuk bekerja bersama, bukan hanya untuk kepentingan nasional, tetapi demi kepentingan umat manusia secara global.***

Related Post

Post a Comment

Comments 0