Tangis Pramono Pecah di Taman Suropati

Bambang Widodo
Apr 24, 2025

Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung saat berbincang santai dengan Balkoters. Foto: ist

KOSADATA-Senja itu, langit Jakarta terasa hangat sebelum datangnya malam. Di Taman Suropati, pepohonan tua memayungi bangku-bangku taman, menyisakan ruang bagi semburat jingga di antara daun-daun. 

 

Di sanalah, Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung berdiri di hadapan puluhan jurnalis yang tergabung dalam Koordinatorat Wartawan Balai Kota-DPRD DKI Jakarta atau biasa disebut Balkoters.

 

Dalam acara bertajuk Media Gathering bersama Balkoters itu semula mengalir seperti pertemuan biasa. Tawa ringan sesekali pecah, kopi hangat tersaji, dan mikrofon berpindah tangan dari satu wartawan ke wartawan lain saat sesi ngobrol santai. Namun, tak ada yang benar-benar siap ketika Pramono tiba-tiba terdiam. 

 

Matanya mulai berlinang. Ucapannya terhenti. Napasnya tertahan. Tangisnya pecah. Seorang staf sigap menyodorkan segelas air. "Aduh, maaf..minta air dong," ujar Pramono mulai meneteskan air mata.

 

Dalam bening matanya, terpancar ketulusan saat ia menyinggung program Kartu Jakarta Pintar (KJP) yang ia klaim sebagai salah satu bentuk kesungguhan membantu masyarakat lapisan bawah. 

 

“Saya bersyukur bisa memberikan itu. Karena inilah yang bisa mengubah hidup masyarakat,” ujarnya dengan suara bergetar sambil menyeka air matanya dengan tisu.

 

Tak hanya soal pendidikan, Pramono juga menyentil isu krusial yang selama ini tersembunyi di balik gemerlap ibu kota: kemiskinan struktural. 

 

Ia menyebut wilayah seperti Tanah Abang, Tambora, Tanah Tinggi, hingga Pinangsia—kawasan yang menurutnya masih berkutat dengan masalah MCK, sanitasi, dan ruang hidup layak.

 

“Buat saya, membangun taman, memperbaiki jalan, itu semua gubernur bisa. Tapi memenuhi kebutuhan dasar masyarakat? Itu baru penting,” katanya tegas.

 

Sebagai gubernur, Pramono ingin memberikan


1 2

Related Post

Post a Comment

Comments 0