Tentang Krisis Pangan, Belajar Dari Kekhawatiran Jepang

Ichsan Sundawani
Jun 28, 2024

Foto: Ist

Oleh: Robert Kadang

Jurnalis

KOSADATA - Tulisan Ir. Fransiscus, SH, dalam opininya bertajuk : Paradigma Pertanian Modern Menanti Minat Pemuda, mendekati kebenaran. Di tengah pergolakan dunia yang tidak menentu, sejumlah negara mulai membatasi komoditi ekspornya, termasuk bahan pangan. 

Pemerintah Indonesia sendiri, saat ini gencar membuka lahan pertanian guna menopang kebutuhan pangan masyarakatnya, agar terhindar dari krisis pangan. Karena itulah, Fransiscus Go dalam tulisannya menggugah minat generasi muda agar mau terjun di sektor pertanian. 

Ajakan Fransiscus Go bukannya tanpa alasan. Kegelisahan banyak negara yang digadang-gadang akan mengalami krisis pangan, lantaran generasi muda mereka ogah jadi petani, atau setidaknya mengarap lahan pertanian yang ada, melatari tulisan CEO GMT Property itu. Sementara di sisi lain, Indonesia memiliki alam dan tanah yang subur, sehingga sangat layak menjadi produsen pertanian. 

"Namun realitanya, Indonesia justru masih menjadi pengimpor beberapa sektor pertanian utama dalam jumlah yang sangat besar. Laporan Badan Pusat Statistik (BPS) selama lima tahun terakhir, impor beras Indonesia terbanyak tahun 2023," kata Fransiscus Go, calon gubernur NTT periode 2024 - 2029.

Jepang, adalah salah satu negara yang saat ini dihantui krisis pangan. Padahal, Negeri Sakura itu memiliki teknologi canggih yang menunjang pertanian mereka. Kekhawatiran akan dilanda krisis pangan, karena generasi muda Jepang ogah jadi petani dan mulai meninggalkan sektor tersebut. 

Banyak lahan pertanian di Jepang terbengkalai, tidak terurus. Ironisnya, jumlah penduduk muda di daerah pedesaan Jepang, kian menurun dari tahun ke tahun. Kondisi ini diakibatkan menurunnya tingkat kelahiran dan banyaknya warga yang migrasi ke kota besar.

Kondisi ini tentu akan menyulitkan sektor pertanian Jepang. Apalagi, usia para petani di


1 2

Related Post

Post a Comment

Comments 0