Foto: ist
KOSADATA — Perkembangan teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) kian memengaruhi dunia riset di Indonesia. Di tengah peningkatan jumlah publikasi ilmiah nasional, teknologi ini dipandang sebagai pendorong baru dalam memperkuat kualitas naskah akademik.
Data Scimago mencatat Indonesia kini berada di peringkat ke-37 dunia dalam publikasi internasional, dengan 447.794 publikasi dan 14,8 juta kutipan. Di Asia Tenggara, posisi ini menempatkan Indonesia sebagai negara dengan publikasi terbanyak kedua setelah Singapura.
Perekayasa Madya BRIN, Kartiko Eko Putranto, menilai AI membantu peneliti memperkirakan keluaran riset sekaligus mengaitkannya dengan isu aktual.
“Dengan AI, maka memudahkan peneliti dalam memperkirakan output penelitian dan menghubungkannya dengan program pemerintah ataupun isu yang trending,” ujar Kartiko seperti dilansir Antara, Selasa, 11 November 2025.
Menurut Kartiko, dukungan AI paling terasa dalam bidang humaniora yang banyak menghasilkan model atau konsep. Dengan bantuan teknologi, peluang mendapatkan pendanaan riset dinilai meningkat.
Pandangan serupa disampaikan Vice President & Head of Marketing (ROW) Cactus Communications, Ruchi Chauhan. Menurut dia, AI seharusnya dimanfaatkan untuk menemukan metode yang tepat, bukan menggantikan peran manusia dalam penulisan artikel ilmiah. “Manusia tetap memegang peranan penting dalam pengambilan keputusan,” kata Ruchi.
AI tak hanya mendorong produktivitas peneliti, tetapi juga memudahkan penyandang dana menilai potensi riset secara transparan dan efisien. Di negara berkembang seperti Indonesia, kombinasi AI dan keahlian manusia dinilai berperan penting dalam memperkuat integritas ilmiah di tingkat global.
Ruchi menyebut pertumbuhan publikasi Indonesia menunjukkan tren positif. Dengan pemanfaatan AI, ia yakin kualitas sekaligus jumlah publikasi ilmiah dapat terus meningkat. “Indonesia memiliki peluang besar untuk terus meningkatkan reputasi akademiknya di kancah global,” ujarnya.
Cactus Communications melalui
Comments 0