Wakil Menteri Komunikasi dan Digital, Nezar Patria dalam seminar internasional Night of Ideas 2025. Foto: UGM
“Diskusi tentang AI di ranah sosial-humaniora masih terbatas. Padahal, di era ketika media tak lagi sepenuhnya berada di bawah otoritas negara dan informasi beredar secara pribadi, isu etika dan kemanusiaan dalam penggunaan AI menjadi sangat penting,” tutur Wening.
Ia mengingatkan, AI sebagai produk kecerdasan manusia paling maju bisa berpotensi bertentangan dengan nilai-nilai bersama jika tidak diimbangi dengan kesadaran kritis dan ketajaman etis dalam pemanfaatannya.
Sementara itu, Direktur Institut Français Indonesia (IFI) Yogyakarta, Francois Dabin, menyebut tantangan dalam pemanfaatan AI ke depan meliputi ketergantungan informasi, perlindungan hak dasar manusia, hingga ancaman tergesernya peran manusia oleh mesin. Ia menekankan pentingnya kolaborasi lintas negara dan institusi dalam mengelola AI untuk kepentingan kolektif.
“Bersama UGM, kami memilih bertindak lebih spesifik, menjadikan AI sebagai alat untuk meningkatkan kecerdasan kolektif dan memperkuat kapasitas sumber daya manusia,” jelasnya.
Seminar tersebut menjadi ruang refleksi bersama atas peluang dan tantangan di balik pesatnya kemajuan AI, sekaligus menyerukan pentingnya etika, kebebasan bertindak, dan kemampuan manusia dalam mengendalikan teknologi demi kesejahteraan bersama.***
Oseng-oseng Madun, Warung Betawi Sederhana, Terkenal se-Jagat Maya
KULINER Feb 25, 2023Filosofi Iket Sunda yang Penuh Makna
SENI BUDAYA Mar 03, 2024Melepas Penat di Situ Ciranca Majalengka, Sejuknya Kemurnian Air Pegunungan
DESTINASI Apr 04, 2025Tanpa Libatkan Demokrat dan PKS, Nasdem Tetapkan Cak Imin Jadi Cawapres Anies
POLITIK Aug 31, 2023
Comments 0