Dongkrak Laba Lebih Dari Rp8 Miliar, LRT Jakarta Bidik Sektor Non Farebox

Widihastuti Ayu
Mar 01, 2023

KOSADATA - PT Lintas Rel Terpadu (LRT) Jakarta telah menyiapkan sejumlah strategi bisnis demi menggenjot laba di atas Rp8 miliar pada tahun 2023. Adapun Rp 8 miliar merupakan laba tahun 2022, dan angka ini naik 128 persen dibanding tahun 2021 sebesar Rp 3 miliar.

Kepala Divisi Sekretaris Perusahaan PT LRT Jakarta Sheila Indira Maharshi mengatakan, pihaknya akan memaksimalkan pendapatan dari sektor penjualan di luar tiket (non farebox).

“Ini menjadi konsentrasi kami bagaimana caranya bisa memaksimalkan pendapatan dari segi non farebox,” ujar Sheila saat ditemui di Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) Dinas Perhubungan DKI Jakarta pada Selasa (28/2/2023).

Selama ini, katanya, perseroan mendapat tiga sumber pendapatan untuk mengoperasikan kereta dari Stasiun Velodrome Jakarta Timur sampai Pegangsaan Dua atau sebaliknya, sepanjang 5,8 kilometer. Pertama subsidi atau public service obligation (PSO) dari Pemprov DKI Jakarta sekitar Rp 350 miliar, kedua pendapatan dari penjualan tiket (farebox) dan ketiga penjualan di luar tiket (non farebox).

Saat ini, ucapnya, LRT Jakarta telah memiliki divisi khusus yang fokus dalam mengembangkan bisnis non farebox. Salah satu upayanya menjajaki kerja sama dengan para pengusaha retail, sehingga mereka bisa menyewa ruang-ruang di stasiun maupun kantor pusat LRT untuk usahanya.

“Jadi mereka akan menyewa lokasi dan itu menjadi salah satu pendapatan non farebox kami,” katanya.

Selain itu, lanjut dia, LRT Jakarta juga melakukan jasa perawatan terhadap sarana fasilitas kereta api Bandara Soetta Skytrain milik PT Angkasa Pura II (Persero). Jasa perawatan itu bisa menjadi sumber pendapatan LRT Jakarta dari sisi non farebox.

Guna memaksimalkan pendapatan, LRT Jakarta berencana akan mengoptimalkan aset publikasi yang ada di kereta maupun stasiun. Nantinya aset-aset tersebut dapat digunakan sebagai media promosi pihak ketiga atau pelaku usaha terhadap barang atau jasa yang ditawarkan kepada konsumen.

“Itu potensinya cukup tinggi karena memang saat ini kami melihat beberapa jenama lokal, mulai melirik seperti shooting di LRT atau promo produk dan launching,” imbuhnya.

“Kami sudah beberapa kali trail (uji coba) melakukan kegiatan-kegiatan stasiun untuk mengaktivasi, rupanya potensi itu oke dan ke depan ini akan menjadi salah satu proyeksi kami untuk pendapatan non farebox,” lanjutnya.

Diberitakan sebelumnya, Direktur Utama LRT Jakarta Hendri Saputra mengungkap, pendapatan perseroan pada 2022 sekitar Rp 211 miliar. Angka ini naik 57 persen dibanding tahun 2021 lalu.

“Kemudian secara laba usaha sekitar Rp 8 miliar dari tahun 2022, dari tahun sebelumnya Rp 3 miliar, terjadi peningkatan 128 persen,” kata Hendri saat rapat kerja dengan Komisi B DPRD DKI Jakarta pada Selasa (31/1/2023).

Saat ini, kata Hendri, kas LRT Jakarta mencapai Rp 100 miliar atau naik sekitar 15 persen dari tahun sebelumnya yang hanya Rp 87 miliar. Secara operasional keseluruhan, pendapatan LRT Jakarta didapat dari PSO Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. 

“Itu ada pendapatan dari farebox dan non-farebox karena sejauh yang rute yang sekarang masih pendek, PSO-nya cukup besar. Secara operasional, kita lihat highlight kami secara on time performance 99 persen, standar pelayanan minimal kami juga tercapai 99 persen,” jelas Hendri. ***

Related Post

Post a Comment

Comments 0