Ekonomi Sulit Gegara Elite, PKL Kota Tasik Terusik Adipura

Joeang Elkamali
Aug 29, 2023

Pemkot Tasikmalaya lakukan sterilisasi Alun-Alun dari PKL. Foto: kosadata.com

KOSADATA - Dodi, pedagang camilan manis yang biasa jualan di depan Alun-Alun Kota Tasikmalaya, tak bisa menyembunyikan kekecewaannya. Raut muka dan nada bicaranya tidak lepas. Ia kecewa, omzet jualannya turun sampai lima puluh persen. Setengah pendapatannya menguap seiring larangan berjualan di tempat biasa.

Sejak kemarin, ia terpaksa pindah tempat jualan. Musababnya adalah adipura. Lantaran pemerintah Kota Tasikmalaya sedang berambisi mendapatkan penghargaan adipura, Dodi dan semua pedagang kena imbas. Alun-Alun Kota Tasikmalaya harus steril dari pedagang kaki lima.

Alun-alun adalah salah satu tempat yang akan dinilai tim dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Tempat lainya adalah Taman Kota, Taman Dadah, Pasar Cikurubuk, terminal bus, stasiun kereta api, rumah sakit, hingga sungai. Semua tempat itu kebersihan dan keindahannya harus terjaga. 

“Saya jualan di alun-alun sudah sekitar sepuluh tahun. Gara-gara tidak boleh jualan di sana (alun-alun), pendapatan turun sampai lima puluh persen. Alun-alun harus bebas PKL selama enam hari,” tuturnya kepada kosadata.com, Selasa (29/8/2023).

Untuk sementara, Dodi pindah tempat jualan ke depan sekolah. Kendati penghasilannya menurun, yang penting masih bisa dagang. Urusan perut tak bisa diajak kompromi. Apalagi di rumah ada anak istri yang harus dinafkahi.

“Ini ekonomi lagi sulit begini, ada saja ujiannya. Kita tidak boleh jualan sementara demi adipura yang entah untuk apa. Siapa pula yang bangga jika Kota Tasikmalaya mendapatkan piala adipura? Saya sekarang tidak boleh jualan dulu, tapi masalah perut siapa yang tanggung?” cetus pedagang lain yang enggan menyebut namanya.

Iwan Hidayat, sekretaris Perkumpulan Pedagang Kuliner Khas Alun-Alun Kota Tasikmalaya (Perpekta), menyebutkan, saat ada 32 orang yang terdaftar di Perpekta. Jumlah itu tidak termasuk dengan pedagang di area dalam alun-alun yang jumlahnya sekitar 40 orang.

“Di alun-alun itu ada dua kelompok dagang. Satu di dalam area taman, satu lagi di luar. Kami di Perpekta jualannya di luar taman. Tapi, karena sedang adipura, alun-alun harus steril dari pedagang,” terang Iwan.

Selama enam hari, mulai Senin sampai Sabtu, para pedagang di alun-alun tidak boleh jualan dulu. Para pedagang di taman kota dan RSUD dr. Soekardjo pun mengalami hal serupa. Ada yang libur jualan, ada pula yang bergeser tempat.

“Kalau dilihat dari sisi pedagang, terus terang rugi. Kami tidak ada pemasukan sama sekali. Tapi mau bagaimana lagi, kita dukung program pemerintah. Kita kooperatif. Tapi ini paling lama. Biasanya sehari atau dua hari. Ini untuk adipura sampai enam hari,” tutur Iwan.

Pedagang nasi cikur itu menyebutkan, tak sedikit anggota Perpekta yang keberatan dengan imbauan tersebut. Waktunya terlalu lama. “Makanya sekarang pun ada yang tetap jualan, pindah ke tempat lain atau keliling. Saya memahami itu, karena teman-teman juga perlu pemasukan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari,” tandasnya.

27 tahun puasa

Plt Sekretaris Dinas Lingkungan Hidup Kota Tasikmalaya, Feri Arif Maulana, mengatakan, saat ini pemerintah sedang melakukan berbagai upaya untuk mendapatkan adipura. Berbagai jurus dikerahkan untuk meraih penghargaan dalam kebersihan dan pengelolaan lingkungan kota itu.

Setelah puasa selama 27 tahun, ia berharap tahun ini Kota Tasikmalaya mendapat lagi adipura. Penghargaan itu, kata Feri, terakhir kali didapat pada 1996. Diperlukan komitmen semua pihak agar harapan tersebut bisa terwujud.

“Adipura ini hajatnya pemerintah kota, bukan hajatnya Dinas Lingkungan Hidup. Harus ada komitmen tinggi dari pimpinan daerah. Semua harus bergerak bersama, termasuk masyarakat juga. Kami tidak bisa maksimal kalau tidak didukung oleh semua lapisan masyarakat," paparnya. ***

Related Post

Post a Comment

Comments 0