Melawan Stunting

Sani Ichsan
Jun 18, 2023

Oleh: Agustinus Tamtama Putra

Pengamat Kebijakan Publik GMT Institute

KOSADATA - Stunting dalam peristilahan orang Indonesia dikenal dengan sebutan cebol atau kerdil. Namun ternyata, cebol atau kerdil yang dimaksud bukan hanya soal postur badan yang pendek sebagaimana banyak orang salah pahami. Cebol atau kerdil yang dimaksud bersifat menyeluruh, termasuk juga daya nalar atau fungsi otak yang tidak optimal serta defisiensi kepribadian yang sifatnya non-fisik.

Di satu sisi dari segi fisik, stunting memang nampak dalam diri anak-anak berbadan pendek tak wajar untuk seumuran mereka. Hal ini disebabkan oleh nutrisi yang tidak cukup, bahkan kurang atau tidak sama sekali (malnutrition). Tubuh anak terjangkit infeksi dan tidak ditangani. Di sisi lain dari segi non-fisik, mereka tidak mendapat stimulasi psikologis yang cukup. Dalam arti ini, trauma akibat perang juga bisa berdampak pada situasi stunting.

Menurut WHO (World Health Organisation), anak disebut stunting jika tinggi badan mereka dua kali di bawah rata-rata standar pertumbuhan anak normal (Child Growth Standarts). Mengapa stunting menjadi masalah yang cukup memprihatinkan? Stunting tidak hanya menyentuh ranah kesejahteraan (well-being) anak-anak, tetapi mempengaruhi seluruh kehidupan keluarga, komunitas masyarakat dan bangsa.

Pertemuan Kesehatan Dunia (The World Health Assembly) menyebut stunting sebagai “satu penghalang paling signifikan dari perkembangan manusia” (one of the most significant impediments to human development). Anak cebol atau kerdil tidak akan pernah mencapai potensi penuh perkembangan mereka secara fisik dan kognitif (pikiran). Mereka akan tertinggal jauh di sekolah dan kemudian di dunia kerja.

Dalam masa pertumbuhannya, anak stunting kerap kurang mampu berkontribusi pada komunitasnya, juga dalam hal ekonomi dan perkembangan sosial sebuah bangsa. Bisa


1 2 3

Related Post

Post a Comment

Comments 0