Ketika Soekarno Murka pada Pemberontakan Ce Mamat di Banten

Yan Aminah
Jul 21, 2024

Ilustrasi

KOSADATA | Tak lama setelah Indonesia merdeka, Banten bergejolak. Mohamad Mansur alias Ce Mamat membuat gerakan dengan membentuk Dewan Rakyat. Mereka menginginkan perubahan, mendesak agar pemerintahan tidak diisi oleh orang-orang lama.

Pada awal kemerdekaan, Banten merupakan satu dari lima keresidenan di Provinsi Jawa Barat, dan dibagi menjadi tiga kabupaten, yakni Serang, Lebak, dan Pandeglang. Adapun empat keresidenan lainnya adalah Jakarta, Priangan, Bogor, dan Cirebon.

Untuk mengisi kekosongan kekuasaan di Banten, Pemerintah Pusat menunjuk Achmad Chatib sebagai residen Banten. Ia lantas menyusun staf pemerintahan keresidenan dan mempertahankan bupati-bupati lama.

Keputusan Achmad Chatib itu ditentang sebagian warga Banten yang menginginkan perubahan. Mereka menolak dipilihnya bupati-bupati lama, karena dinilai masih bagian dari pemerintahan Belanda atau Jepang. Namun, residen tidak menanggapi permintaan tersebut. Pasalnya, dibanding yang baru, orang-orang lama lebih memahami tugas-tugas pemerintahan.

Alasan itu tidak diterima kelompok penentang. Kebencian mereka terhadap orang-orang lama tidak lantas hilang dengan alasan tersebut, bahkan semakin menjadi dengan dibentuknya laskar gulkut atau gulung bukut.

Laskar itu dibentuk untuk menggulung atau membunuh para pamong praja yang biasa memakai bukut atau penutup kepala. Bukan hanya kepada pamong praja dan polisi, mereka juga membidik orang-orang Jepang dan Eropa untuk dihabisi.

Beberapa priyayi turut ditangkap dan dibunuh. Dua di antaranya adalah wedana Anyer dan asisten wedana Paburuan. Mereka juga bergerak ke Baros, Petir, dan Ciruas untuk mengganggu roda


1 2 3

Related Post

Post a Comment

Comments 0