Pramono Anung susuri sungai Ciliwung. Foto: ist
KOSADATA – Gubernur Jakarta, Pramono Anung, menyusuri Kali Ciliwung, tepatnya di Kanal Barat dari kawasan Manggarai hingga Dukuh Atas. Peninjauan ini dilakukan untuk mengevaluasi kondisi sungai di musim kemarau, sebagai bentuk antisipasi dini terhadap potensi banjir saat musim hujan tiba.
Selain aspek teknis seperti pengerukan endapan yang telah dilakukan secara masif dan rencana lanjutan normalisasi, langkah ini membawa pesan penting: mengubah cara pandang masyarakat terhadap sungai.
“Ini bukan semata pengecekan rutin. Ini bagian dari mendorong paradigma baru: menjadikan sungai halaman depan rumah kita,” ujar Stafsus Gubernur DKI Jakarta, Yustinus Prastowo dalam utasnya, Jumat (1/8/2025).
"Sungai yang sekian lama kita punggungi. Supaya kali lebih terawat, asri, dan bisa digunakan sebagai area rekreasi. Selain tentu transportasi air yang efektif, menyangga kawasan Dukuh Atas yang makin terintegrasi," sambungnya .
Prastowo menjelaskan, paradigma ini merupakan bentuk komitmen terhadap pembangunan yang inklusif dan partisipatoris. Sebab membangun Jakarta bukan semata untuk simbol modernitas, tetapi juga untuk merawat ruang hidup yang sebelumnya terpinggirkan.
“Kita perlu memperbanyak ruang publik yang terbuka dan bisa diakses semua warga. Membangun Jakarta harus setia pada jalan bersama orang biasa,” jelasnya.
Sungai Sebagai Simbol Perubahan
Dalam refleksi yang lebih filosofis, Prastowo menyitir pandangan filsuf Yunani Heraklitos—panta rhei, bahwa segala sesuatu mengalir dan tak ada yang tetap. Ungkapan ini digunakan untuk menegaskan bahwa perubahan kota adalah keniscayaan yang harus dimulai dari hal-hal yang sering kali dianggap sepele.
Ia juga mengutip Hannah Arendt yang menekankan pentingnya janji dan pengampunan dalam menghadapi masa depan yang tak pasti, serta masa lalu yang tak bisa diulang.
"Saya percaya, ketulusan dalam langkah kecil seperti
Comments 0