Sekretaris Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Tasikmalaya, Edi Ruswan. Foto: ist.
KOSADATA — Sebanyak 29 ribu anak di Kabupaten Tasikmalaya masuk kedalam kategori Anak Tidak Sekolah (ATS). Kondisi tersebut menyebabkan Kabupaten Tasikmalaya berada diambang krisis sosial jika permasalahan tersebut tidak segera ditangani.
Menanggapi kondisi tersebut, Sekretaris Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Tasikmalaya, Edi Ruswan menyatakan bahwa fenomena tersebut merupakan permasalahan serius yang mencakup berbagai dimensi, mulai dari dimensi Pendidikan hingga dimensi sosial masyarakat.
“Minimnya Pendidikan karakter dan kurangnya bimbingan moral membuat anak yang putus sekolah lebih mudah terpengaruh lingkungan negatif,” kata Edi dalam keterangannya yang diterima pada Senin, 24 November 2025 di Tasikmalaya.
Edi menerangkan bahwa kondisi tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti kesulitan ekonomi hingga minimnya dukungan dari lingkungan tempat tinggal yang menyebabkan anak kehilangan motivasi belajar.
Edi pun menekankan bahwa persoalan tersebut tidak hanya bisa diatasi oleh pemerintah maupun sekolah saja, namun juga membutuhkan dukungan dari pihak orang tua sebagai tempat pertama kali anak mengenal banyak hal.
“Tanggung jawab Pendidikan anak bukan hanya sekolah dan pemerintah. Orang tua harus menjadi aktor utama yang memastikan anak tetap bersekolah,” ucapnya
Untuk itu, Edi mengajak kepada seluruh pihak, baik dari jajaran pemerintah, sekolah, dan orang tua untuk bersinergi dalam menghadapi persoalan tersebut, sehingga nantinya tidak ada lagi anak di Kabupaten Tasikmalaya yang tidak mengenyam Pendidikan.
“Anak putus sekolah bukan hanya angka statistik. Mereka adalah generasi penerus yang harus kita selamatkan bersama,” pungkasnya.
Update terus berita terkini KOSADATA di Google News.
Comments 0