Jakpro menyatakan tidak ada proses menggusur dalam konteks pemukiman warga Kampung Bayam
Sejumlah warga Kampung Bayam sengaja melakukan squatting atau pendudukan paksa karena nasib mereka masih tidak jelas usai tergusur proyek Jakarta International Stadium (JIS).
Lurah Papanggo, Tomi Haryono mengatakan, pihaknya siap membantu warga memindahkan barang dan tenda yang mereka dirikan.
Kedua Rusun yang dikunjungi pada Kamis (21/9) siang hingga malam, yakni Rusun Muara Angke di Kecamatan Penjaringan dan Rusun Nagrak Kecamatan Cilincing.
Dijelaskannya, penghuni hanya membayar biaya air dan listrik sesuai dengan pemakaian melalui autodebet Bank DKI.
Menurutnya, sikap mereka bertahan dalam tenda di kawasan sekitar JIS bisa mengganggu pelaksanaan Piala Dunia U-17 yang akan berlangsung November 2023 ini.
Koordinator JRMK pendamping penghuni eks Kampung Bayam, Mirnawati mengaku mereka butuh waktu untuk mempertimbangkan ajuan tawaran relokasi dari Pemerintah Kota Administrasi Jakarta Utara
Menurut Suaib, relokasi ke Rusun Nagrak berikut bantuan proses pemindahan merupakan langkah bijak dari Pemerintah Kota Administrasi Jakarta Utara mempertimbangkan kelayakan hidup keluarga serta anak penghuni eks Kampung Bayam.
Model kepemimpinan Heru di DKI Jakarta berhasil menghadirkan aspek humanis dalam menata kota yang melibatkan masyarakat terdampak pembangunan.
Jakarta menjadi rumah bersama bagi semua suku, ras dan agama. Aspek diversitas ini telah menjadikan Jakarta sebagai kota multikultural, kendati pada mulanya Jakarta ditempati oleh Suku Betawi.