Joe Biden resmi mundur dari Pencapresan Pilpres AS dinilai akan mempengaruhi perang dagang global. Foto: ist
“Tiongkok dan AS merupakan dua negara tujuan ekspor terbesar bagi Indonesia. Di tengah kondisi perang dagang diantara keduanya, yang merugi adalah pengusaha dan konsumen Indonesia juga karena proteksionisme mereka. Pun Indonesia proteksionis, melarang impor untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, yang lebih merugi adalah masyarakat karena harus bayar barang lebih mahal. Karena supply-nya rendah, sementara demand-nya tetap ada dan tinggi,” terangnya.
“Oleh karena itu, Indonesia jangan sampai ikut-ikutan roteksionis karena kita tidak tahu bentuk retaliasi dari mitra dagang, apalagi untuk negara-negara besar yang ekonominya kuat seperti AS dan China. Penting bagi Indonesia untuk mendiversifikasi negara mitra dagangnya untuk memitigasi risiko perang dagang maupun kebijakan proteksionis kedua negara adidaya tersebut, serta memperluas kerja sama perdagangan internasional dengan negara-negara lain yang potensial. Selain itu, Indonesia juga harus bisa menjamin kebebasan ekonomi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan di Indonesia. Hal ini penting untuk meningkatkan profil Indonesia sebagai mitra dagang yang dapat diandalkan. Lebih jauh, dalam konteks perdagangan internasional, penting bagi Indonesia untuk mendorong comparative advantage sektor unggulan, misalnya UMKM, termasuk kerajinan tangan khas Indonesia, serta produk dan jasa khas Indonesia, maupun industri pariwisata,” tutup Putu.***
Oseng-oseng Madun, Warung Betawi Sederhana, Terkenal se-Jagat Maya
KULINER Feb 25, 2023Sekjen PDIP Kembali Sindir PAN soal Isyarat Dukung Ganjar-Erick
POLITIK Mar 03, 2023Relawan Ganjar Pranowo Berikan Dukungan ke PDIP di Pilpres 2024
POLITIK Mar 09, 2023Tanpa Libatkan Demokrat dan PKS, Nasdem Tetapkan Cak Imin Jadi Cawapres Anies
POLITIK Aug 31, 2023
Comments 0