Catatan atas Pidato Anies Baswedan: Menunggu Patriotisme Relawan

Ida Farida
May 22, 2023

sekitar 300 ribu naker. Upah minimum terus buruk. Rerata upah di Jawa Tengah, misalnya, setara dengan 6 kg beras perhari, jika memperhatikan UMP terbaru. Ini seperti era kolonial, buruh tani mendapatkan 6 kg beras perhari. Pada saat bersamaan, pertumbuhan ekonomi dinikmati mayoritas orang-orang kaya. Ketimpangan sosial semakin menganga.

Kondisi seperti ini dijaman kolonial terjadi karena korporasi asing, VOC dll., menghisap kekayaan kita. Saat ini penghisapnya adalah oligarki dan mafia-mafia itu. Ada mafia gula, mafia beras, mafia kedelai, mafia hukum, dll. Mafia pangan, dulu sering disorot sebagai "seven samurai".

Pada saat Indonesia, misalnya, menjadi produsen terbesar minyak goreng, kita menyaksikan sendiri rakyat miskin mengular antri minyak goreng dan harga tinggi. Begitu juga BBM, yang harganya diluar kewajaran untuk dibayarkan rakyat miskin. Banyak contoh lainnya dalam kontradiksi yang ada saat ini.

Anies dan Perang Semesta

Dalam pidatonya, baik kemarin dan hari ini, Anies sudah mencanangkan perang. Perang artinya Anies memperlihatkan perlawanan pada  kelompok-kelompok yang ingin menjadikan negara sebagai alat untuk dirinya dan kelompoknya. Pertama, Anies meminta agar cita-cita Founding Fathers dikembalikan. Kita harus kembali ke spirit UUD'45. Negara harus hadir untuk kemakmuran bersama. Kedua, Anies meminta agar demokrasi ditegakkan kembali. Negara harus bisa dikontrol harus ada "check and ballance". Bukan negara ekstraktif tapi harus inklusif.

Reformasi dimaksudkan untuk mengkoreksi Orde Baru yang tidak punya demokrasi. Rakyat hanya menjadi penonton. Oleh karenanya, dalam 25 tahun refleksi reformasi ini, Anies meminta negara bisa dikontrol dan rakyat harus bisa bebas berpartisipasi. Jangan ada penangkapan pada kelompok kritis.

Ketiga, Anies ingin mafia-mafia disingkirkan. Segera. Karena mafia ini merupakan instrumen penghisap dan memiskinkan


1 2 3 4

Related Post

Post a Comment

Comments 0