|

Catatan atas Pidato Anies Baswedan: Menunggu Patriotisme Relawan

Ida Farida
May 22, 2023
0
1 minute

Oleh: Dr. Syahganda Nainggolan
Sabang Merauke Circle

Kemarin pada pidato di ultah PKS dan tepat pada hari kebangkitan nasional, Anies Baswedan sudah mengetengahkan proposisi apakah kita akan terus menuju negara gagal atau kita bangkit. Menurut Anies ancaman negara gagal itu riil di Indonesia. Sebab, mengutip buku "Why Nations Fail? " karya Acemoglu dan James Robinson, 2012, menurutnya negara gagal terjadi ketika institusi negara digunakan untuk menekan rakyatnya dan mengambil kekayaan alamnya untuk segelintir elit berkuasa.

Negara gagal sendiri merupakan situasi hilangnya kemampuan dan kapasitas negara mengurus rakyatnya. Indikasinya adalah utang yang sangat besar, rakyat miskin, pembelahan sosial yang dalam, adanya ketimpangan sosial tinggi, dan kekerasan politik terjadi cukup sering. Buku ini melakukan pendekatan institusional pada kajian negara gagal.

Kemarin,  dalam pertemuan relawannya dan sekaligus refleksi 25 tahun Reformasi, Anies memperdalam isu negara gagal tersebut dengan mengetengahkan bahwa institusi mafia telah masuk menggantikan peranan negara kita, dan itu, meskipun perlahan, semakin meningkat saat ini.

Merujuk perumpamaan katak dalam air (Boiling Frog, lihat Wiki misalnya), Anies memberitahu strategi mafia dan respon kita terhadap mereka. Katak akan mati jika masuk ke air yang dipanaskan perlahan, namun melompat jika airnya langsung mendidih. Mafia itu strateginya bergerak pelan-pelan dalam menguasai negara, sehingga kita kurang sadar. Bangsa Indonesia harus segera sadar sebelum hancur digenggaman mereka.

Saat ini memang kondisi Indonesia tidak baik-baik saja. Kemiskinan kita, merujuk versi yang disarankan Bank Dunia terbaru, mencapai 40% atau lebih seratus juta penduduk. Diantaranya ada yang busung lapar dan kemiskinan parah. Pengangguran terus bertambah.

Kemampuan negara menciptakan lapangan kerja per 1% pertumbuhan semakin kecil, hanya sekitar 300 ribu naker. Upah minimum terus buruk. Rerata upah di Jawa Tengah, misalnya, setara dengan 6 kg beras perhari, jika memperhatikan UMP terbaru. Ini seperti era kolonial, buruh tani mendapatkan 6 kg beras perhari. Pada saat bersamaan, pertumbuhan ekonomi dinikmati mayoritas orang-orang kaya. Ketimpangan sosial semakin menganga.

Kondisi seperti ini dijaman kolonial terjadi karena korporasi asing, VOC dll., menghisap kekayaan kita. Saat ini penghisapnya adalah oligarki dan mafia-mafia itu. Ada mafia gula, mafia beras, mafia kedelai, mafia hukum, dll. Mafia pangan, dulu sering disorot sebagai "seven samurai".

Pada saat Indonesia, misalnya, menjadi produsen terbesar minyak goreng, kita menyaksikan sendiri rakyat miskin mengular antri minyak goreng dan harga tinggi. Begitu juga BBM, yang harganya diluar kewajaran untuk dibayarkan rakyat miskin. Banyak contoh lainnya dalam kontradiksi yang ada saat ini.

Anies dan Perang Semesta

Dalam pidatonya, baik kemarin dan hari ini, Anies sudah mencanangkan perang. Perang artinya Anies memperlihatkan perlawanan pada  kelompok-kelompok yang ingin menjadikan negara sebagai alat untuk dirinya dan kelompoknya. Pertama, Anies meminta agar cita-cita Founding Fathers dikembalikan. Kita harus kembali ke spirit UUD'45. Negara harus hadi