Masyarakat Diminta Bangun Kesiapsiagaan Hadapi Bencana Alam di Destinasi Wisata

Dian Riski
Aug 28, 2024

Adyatama Kepariwisataan dan Ekonomi Kreatif Ahli Utama Kemenparekraf/Baparekraf, Nia Niscaya, dalam "The Weekly Brief With Sandi Uno" yang berlangsung secara hybrid, Jakarta, (26/8/2024). Foto dok Kemenparekraf

juga internasional. Karenanya berbagai upaya mitigasi perlu dilakukan. Terutama memperkuat kesiapsiagaan masyarakat.

“Bicara panduan, pada tahun 2020 Indonesia telah melahirkan ISO 22328-3 dengan judul Guidline for Implementation of The Tsunami Warning System. Panduan ini sebagai instrumen praktis yang dapat diacu berbagai sektor khususnya pariwisata,” ujar Dr. Weniza.

Lebih lanjut Dr. Weniza mengungkapkan ISO 22328-3 yang digagas oleh Indonesia kemudian dipublikasikan oleh ISO International Standard Organization pada 2023.

Ini membuktikan bahwa Indonesia mampu mengembangkan konsep berbasis internasional yang lahir melalui pemikiran dan proses pembelajaran panjang dari sederet bencana yang telah dialami.

Di dalam buku panduan tersebut dibahas mengenai kesiapan masyarakat, pemantauan peringatan dini, kemampuan dalam merespons peringatan dini, hingga komitmen menjaga keberlangsungan dan kesiapan masyarakat.

“ISO yang telah lahir berangkat dari inisiasi Indonesia ini tentu harapannya mampu untuk mengurangi dampak mitigasi risiko dan akan mendorong tourism business continuity,” kata Weniza.

Kepala Bidang Mitigasi Tsunami Samudra Hindia dan Pasifik BMKG, Suci Dewi Anugrah, menambahkan wilayah yang berpotensi gempa Megathrust tidak hanya di Indonesia saja, namun negara lain seperti Jepang juga Hawaii. Karenanya harus disikapi dengan upaya mitigasi secara berkelanjutan.

"Pertama menyiapkan assesment, artinya kawasan wisata ataupun pengelola wisata mampu memahami potensi bahaya yang dapat melanda wilayahnya," kata Suci.

Kemudian membangun kesiapsiagaan mulai dari identifikasi jumlah wisatawan hingga alur evakuasi yang dilengkapi dengan rambu-rambu evakuasi yang jelas, utamanya di tiap-tiap penginapan atau hotel.

Diharapkan seluruh pegawai hotel telah mendapatkan training dan sosialisasi serta simulasi bencana yang dilakukan secara rutin.

“Kedua menyiapkan materi informasi kesiapsiagaan atau materi edukasi. Jangan lupa memberikan safety briefing terhadap tamu yang datang, sehingga tamu memahami apabila dalam


1 2 3

Related Post

Post a Comment

Comments 0