Untuk mencapai tujuan tersebut, menurut Badan Energi Internasional, Southeast Asia Energy Outlook 2022, ASEAN membutuhkan total investasi mencapai US $ 190 miliar per tahun pada 2030 (IEA, 2022). Mengingat pembiayaan pembangunan internasional ini sangat penting, anggota ASEAN dapat mengurangi biaya pembiayaan dan menarik investor swasta dengan menunjukan komitmen mereka yang jelas dengan meningkatkan kerangka regulasi dan pembiayaan.
ASEAN juga dipandang akan memainkan peran utama dalam Transisi Energi global sebagai pemasok utama mineral penting dan produsen produk energi bersih. Indonesia dan Filipina adalah dua produsen nikel terbesar di dunia. Indonesia dan Myanmar tercatat sebagai produsen timah terbesar kedua dan ketiga di dunia.
Myanmar menyumbang 13% dari produksi tanah jarang (rare earth) global, dan ASEAN menyediakan 6% dari bauksit dunia. Sementara itu, Malaysia dan Vietnam adalah produsen modul photovoltaic (PV) surya terbesar kedua dan ketiga di dunia. Thailand adalah produsen mobil terbesar ke-11 di dunia dan dapat menjadi pusat manufaktur utama untuk kendaraan listrik.
Komitmen sepuluh negara anggota ASEAN untuk mencapai NZE pada 2050, adalah kabar baik lainnya (aseanenergy.org, 27/6/2022). Indonesia telah menetapkan target NZE pada 2060, sementara Filipina belum berkomitmen untuk mencapai nol bersih pada 2050. Target untuk NZE bisa saja berbeda tiap negara, yang menunjukan bahwa praktik mencapai nol bersih, tidak mudah.
Perkembangan menarik lainnya adalah ketika sumber daya energi hijau di kawasan ASEAN terus meningkat. Keberhasilan Vietnam di pasar tenaga surya global menunjukkan apa yang mungkin terjadi ketika kemauan politik, reformasi sektoral, dan insentif pasar bersatu.
Laos, yang telah menyatakan diri sebagai “baterai Asia†adalah salah
Comments 0