Terlepas dari ketergantungan pada batubara untuk kelistrikan di ASEAN saat ini, dan rumah bagi salah satu armada pembangkit listrik batubara termuda di dunia, negara-negara di kawasan ini telah mulai memperluas energi terbarukan, elektromobilitas, dan Transisi Energi hijau.
Sebagai perusahaan utilitas di Indonesia, PT PLN akan menghapus pembangkit listrik batubara pada 2060. Bersama Filipina dan Vietnam, Indonesia berencana untuk mengurangi hingga 62 gigawatt (GW) tenaga batu bara yang sudah direncanakan sejak 2020.Â
Jaringan Listrik
Bersama negara ASEAN lainnya, Indonesia telah merintis ASEAN Power Grid pada 2021, untuk membantu meningkatkan pemanfaatan energi terbarukan di wilayah tersebut. Infrastruktur ini merupakan kebutuhan dasar sebagai medium potensi dan integrasi jaringan yang terkoneksi dengan desain pasar listrik regional dan regulasi terkait atau cross-border electricity trade (CBET).Â
Menurut Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arifin Tasrif, membangun ASEAN Power Grid adalah guna memenuhi target ASEAN Plan of Action of Energy Cooperation/APAEC.  Saat ini sudah ada beberapa proyek interkoneksi jaringan sebagai bagian dari mekanisme ekspor-impor listrik di ASEAN, seperti antara pulau Malaysia-Singapura (Plentong-Woodlands); Thailand-Pulau Malaysia (Sadao-Chupping, Khiong Ngae-Gurun), Indonesia-Malaysia (Kalimantan Barat-Sarawak), dan Thailand-Laos.
Salah satu contoh proyek dengan beberapa momentum menuju bentuk integrasi yang lebih dalam adalah Proyek Integrasi Ketenagalistrikan Laos-Thailand-Malaysia-Singapura. Proyek ini merupakan skema CBET pertama di kawasan ASEAN yang memungkinkan CBET trilateral dan akhirnya multilateral.
Malaysia membeli listrik hingga 100 MW dari Laos melalui negara transit (Thailand) dengan menggunakan jaringan transmisi yang ada. Dalam kerangka hukum dan kontraktual, perjanjian tripartit
Comments 0