Penambahan Armada Bukti Keseriusan Heru Budi Hartono

Ichsan Sundawani
Sep 24, 2023

Agustinus Tamtama Putera. Foto: Ist

mengakui dorongan libidinal dan agresif. Ia percaya bahwa peradaban—keseluruhan struktur kebudayaan kita: hukum, agama dan masyarakat, muncul melalui represi yang dipelajari dorongan instingtif individu. Tetapi secara paradoksal, menurut Freud “setiap individu secara virtual adalah musuh peradaban meskipun peradaban merupakan objek kepentingan manusia.” Peradaban ini bisa kita baca dalam konteks metropolit Jakarta di mana masyarakatnya sebagai masyarakat urban tadi, dibuat dan didesain seolah-olah seperti robot yang juga harus gesit, dalam dan demi apa yang disebut peradaban. Suka atau tidak suka, demi tuntutan hidup, “selagi masih ada pekerjaan”, demi keluarga, kelangsungan hidup dan lain-lain, profesi apapun itu digeluti sejauh menghasilkan uang. Keinginan ditekan dan direpresi sedemikian rupa sehingga pribadi tunduk dan takluk di bawah logika-logika kapitalis maupun kekuasaan di mana ia tergabung dan terhubung. Hal ini lantas menciptakan manusia-manusia Jakarta yang harus cepat dan produktif, juga tertekan secara batininah karena dorongan libidinal dan represi agresif, di satu sisi sejahtera tapi di sisi lain mungkin terbelenggu—meskipun belenggu tersebut juga bisa dinilai baik—sehingga agak-agaknya tidak mengherankan bila misalnya pembawaan orang-orang di jalan begitu impulsif saat berkendara, menghidupkan klakson dan lekas marah jika bersenggolan, sebagai sublimasi represi sosial secara psikologis. 

Sadar Jakarta

Mobilitas manusia sebagai penanda jelas arus globalisasi disadari oleh semua orang. Tidak terkecuali pemangku kebijakan dan pemerintah DKI Jakarta, Heru Budi Hartono. Kelangsungan Jakarta ditentukan secara fundamental oleh ketersediaan dan efisiensi pelayanan transportasi publik. Sebagaimana di negara maju kendaraan umum merupakan patokan kemajuan, maka Jakarta pun pelan-pelan ke arah sana: kepada moda transportasi yang semakin terintegrasi, terhubung satu sama lain. Hal ini mutlak perlu


1 2 3

Related Post

Post a Comment

Comments 0