Sisi Gelap Kehidupan Pemulung Sebagai Tragedi Kemanusiaan

Peri Irawan
Aug 01, 2023

Kondisi pemulung di TPST Bantargebang. Foto: KPNas

Contoh emberan biasa Rp 2.000, tapi sekarang di bawah Rp 600 per kg," tegasnya 

 

“Pindah harga masih mending. Harga udah turun, duwit gak ada. Sebut laku duwitnya nggak ada. Penyebabnya, limbah-limbah dari luar negeri, biji plastik masuknya luar biasa. Pemimpin-pemimpin sekarang nggak ada yang peduli sama pemulung," tambahnya. 

 

Untuk apa mendatangkan limbah, sampah dari luar negeri? Sampah dalam negeri cukup banyak. Bahkan semakin banyak daerah yang mengalami darurat sampah. Mestinya limbah, sampah dalam negeri yang diolah secara benar dengan melibatkan dan memperkuat peran pemulung dan pelapak. Agar kehidupannya menjadi lebih baik. 

 

Sekarang ini harga sampah dalam negeri sangat murah, duit tidak ada. Pemulung menjual barang seminggu kemudian baru dibayar. Bagaimana dengan pemulung yang dapat penghasilan Rp 60 ribu sehari? Punya anak dua, tiga, empat. Maka akan sangat bingung mencukupi kebutuhan pokok sehari-hari, biaya sekolah, uang jajan, dll. 

 

Kami menanyakan dengan kondisi buruk ini apakah sudah ada pejabat yang turun? Pemulung tidak ada yang membela. Mereka sudah mengadu kemana? 

 

“Bohong, bohong semua yang diberitakan media. Tak ada yang memberitakan kondisi buruk yang dialami pemulung. Jika apa yang saya katakan bohong. Silahkan datang ke lapangan," pintanya 

 

“Masa bodoh daah kalau ada perubahan, pasti nanti ada beritanya. Maka kami cari bener-benar yang berani memberitakan. Mungkin, nanti ada orang di atas, para Menteri mendengar kondisi menyedihkan ini," tutup Duplok. 

 

Dalam kondisi pemulung dan keluarganya semakin menyedihkan akibat harga berbagai sampah pungutan domestik turun draktis selama berbulan-bulan, diprediksi akan menambah angka kemiskinan di Indonesia.

 

Ujungnya pemulung miskin yang terpuruk akan mentransfer kemiskinan pada anaknya. Jika ini terjadi akan mencetak sejarah memilukan bagi sejarah


1 2 3 4

Related Post

Post a Comment

Comments 0