Tidak ada meja, para siswa SD Muhammadiyah As Salam, Garut, terpaksa belajar lesehan
KOSADATA | Dede Rini, kepala SD Muhammadiyah As Salam, Kabupaten Garut, tak bisa menahan air matanya saat bercerita tentang kondisi sekolah yang dinakhodainya. Selama 13 tahun, ia dan rekan-rekannya berjuang tanpa lelah untuk merintis sekolah yang dekat dengan permukiman warga.
Tentu bukan perkara mudah untuk mendirikan sekolah mulai dari nol. Jangankan fasilitas belajar mengajar yang memadai, bangunannya pun dibuat seadanya. “Walaupun keadaannya serbakekurangan, anak-anak tetap semangat, karena ingin punya sekolah yang dekat dengan kampungnya,” tutur Rini kepada wartawan, Selasa, 21 November 2023.
Ia menceritakan, di masa awal pendirian sekolah, fasilitas belajar di sini jauh dari ideal. Bangunannya belum berupa tembok permanen seperti sekarang, tapi terbuat dari bilik bambu dengan ukuran yang tidak luas.
Selain itu, tempatnya pun berada di atas bukit, sehingga bila turun hujan tanahnya menjadi becek. Ia mengakui, “Kalau mood, manusiawi ya, naik turun. Tapi karena memikirkan kemajuan pendidikan di sini, kita harus terus bergerak.”
Seiring berjalannya waktu, sekolah yang berada di Kampung Ciwareng, Desa Majasari, Kecamatan Cibiuk, Kabupaten Garut, ini mendapat bantuan pada 2014. Empat tahun berikutnya, sekolah tersebut kembali mendapat bantuan rehabilitasi yang digunakan membangun ruang kelas baru.
Pun, pada 2019 dan 2021, SD Muhammadiyah As Salam mendapat bantuan lagi berupa rehab kelas, membangun perpustakaan, dan perangkat multimedia. “Alhamdulillah, dari mulai berdiri sekolah ini, istilahnya dari dilirik sebelah mata sampai dilihat, alhamdulillah kami bisa menunjukkan prestasi,” ujar Rini.
Ia mencontohkan, pada 2017 dan 2018, anak-anak didiknya menjadi juara dalam olimpiade matematika dan IPA tingkat kecamatan, termasuk berprestasi di pentas PAI, sehingga mewakili kecamatan untuk berlomba di tingkat kabupaten.
“Alhamdulillah, semakin ke sini semakin ada perhatian. Anak-anak dan masyarakat juga antusiasnya sangat tinggi, karena ingin ada sekolah yang dekat dengan tempat tinggal mereka,” tandas Rini.
Ia memaparkan, keinginan warga untuk ada sekolah di sekitar tempat tinggalnya bukan tanpa alasan. Jarak ke sekolah negeri sekitar tiga kilometer. Bila hujan, anak-anak memilih tidak berangkat sekolah, karena akses jalannya sulit dilewati.
Maka, masyarakat sepakat untuk merintis sekolah dekat tempat tinggal agar mudah diakses anak-anak. Pada 2010 mulai dirintis sekolah dengan kondisi seadanya. Berada di atas bukit, ruang belajarnya bukan bangunan permanen, tapi terbuat dari bilik bambu dan bahan-bahan alakadar lainnya.
Kendati begitu, semangat belajar anak-anak dan dorongan masyarakat tak pernah kendur. Tak heran, sampai sekarang sudah ada delapan angkatan yang lulus dari sekolah ini. Namun, hingga saat ini para siswa SD Muhammadiyah As Salam harus belajar lesehan.
Sebanyak 124 siswa belajar di atas lantai tanpa alas. Itu lantaran sekolah ini belum mempunyai fasilitas kursi dan meja belajar. Kendati sudah beberapa kali mendapat bantuan, namun itu untuk rehab ruangan, bukan buat kursi dan meja belajar.
Legislator turun tangan
Kabar itu sampai ke telinga Enjang Tedi, anggota Komis 5 DPRD Jawa Barat. Ia mendapatkan informasi tentang itu pada akhir Oktober 2023. Semula dirinya tidak percaya ada sekolah yang sudah 13 tahun berdiri, tapi tidak punya kursi dan meja belajar.
“Saya mendapat kabar itu dari Kang Mudin. Beliau mengirim sebuah video ke saya dan lihat bangunannya bagus. Pertanyaan yang terbesit adalah apa mungkin sekolah tidak memiliki meja dan kursi? Setelah dicek langsung, ternyata itu benar,” papar politisi Partai Amanat Nasional itu.
Enjang lantas bergegas menemui pembuat mebel. Awalnya ia akan memesan meja yang bisa dipakai dua orang, namun pihak sekolah berharap lain, yakni satu meja satu siswa. “Akhirnya saya pesankan meja dan kursi sesuai dengan kebutuhan sekolah. Sementara ini meja dan kursi tersebut diperuntukan bagi kelas 5 dan 6 yang akan menghadapi ujian agar merasakan duduk di kursi meja,” papar Enjang.
Dengan begitu, siswa kelas 1 sampai kelas 4 belajarnya masih lesehan. “Ini harus menjadi perhatian semua pihak. Situasi ini darurat dan harus segera mendapatkan perhatian semua pihak,” tandasnya.
Ia mengajak semua pihak untuk seiring selangkah dalam gerakan infak pendidikan demi menyelamatkan generasi penerus bangsa. Apalagi, SD Muhammadiyah As Salam tempatnya berada di atas bukit dengan kondisi tanah yang mudah becek bila turun hujan.
Selain kekurangan kursi dan meja belajar, di sekolah ini pun masih banyak yang harus dibenahi. Lantaran berada di atas bukit, keselamatan anak-anak mesti jadi perhatian. Untuk itu, kata Enjang, ke depan perlu dibangun benteng untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan. ***
Oseng-oseng Madun, Warung Betawi Sederhana, Terkenal se-Jagat Maya
KULINER Feb 25, 2023Sekjen PDIP Kembali Sindir PAN soal Isyarat Dukung Ganjar-Erick
POLITIK Mar 03, 2023Relawan Ganjar Pranowo Berikan Dukungan ke PDIP di Pilpres 2024
POLITIK Mar 09, 2023Tanpa Libatkan Demokrat dan PKS, Nasdem Tetapkan Cak Imin Jadi Cawapres Anies
POLITIK Aug 31, 2023
Comments 0