Foto: ist
KOSADATA - Sejumlah nenek-nekek tak ragu mengembangkan Jubah ungu bertali kuning menghiasi bahu dan toga hitam bertassel ungu bertengger mantap di kepalanya. Suasana riuh—tawa kecil, tepuk tangan berulang, hingga kamera ponsel yang terangkat tinggi—menandai sebuah hari yang mungkin tak pernah mereka bayangkan puluhan tahun lalu: hari wisuda Sekolah Lansia angkatan ketiga.
Masitoh, 74 tahun, duduk di barisan tengah. Wajahnya berbinar, tangan keriputnya sesekali ikut menepuk mengikuti ritme sorakan teman-temannya.
“Saya senang lulus. Teman-teman saya juga lulus. Saya juga bisa nyulam, bisa buat kesibukan di rumah," ujar Masitoh seperti dilansir laman resmi Pemkot Jakbar, Kamis, 27 November 2025.
Enam bulan terakhir, perempuan-perempuan sepantaranya berkumpul setiap Rabu kedua dan keempat. Mereka bukan sekadar belajar. Mereka bermain, bercanda, menyulam, menari, bernyanyi—sebuah jeda hangat dari rutinitas menjaga cucu dan kesunyian rumah.
“Di sini diajarin keterampilan, seperti menyulam, menari dan bernyanyi. Saya ikutin semua,” kata Masitoh.
Senada dengannya, Nuraeni (70) mengangguk penuh semangat. “Kalau di rumah, biasanya momong cucu. Di sini, saya bisa belajar dan mandiri. Bisa bertemu teman-teman sambil diajari keterampilan, olahraga khusus lansia dan cek kesehatan gratis.”
Belajar dan Menjaga Tubuh
Selain belajar keterampilan domestik dan seni, para lansia ini juga rutin menjalani pemeriksaan kesehatan dari Puskesmas Kalideres—mulai dari tensi darah, gula darah, hingga pendengaran dan penglihatan.
Program ini membuat mereka bukan hanya aktif, tetapi juga lebih sadar akan kondisi tubuh masing-masing.
Hari itu, 49 siswa Sekolah Lansia Anggrek Merah RW 10 Kalideres resmi diwisuda. Sebuah momen yang, menurut Ketua PKK Jakarta Barat, Lisniawati Uus, bukanlah akhir, melainkan awal babak baru.
“Kalau wisuda berarti sudah lulus. Tapi bukan berarti
Comments 0